TIGA MODEL KEMATIAN DAN TIGA RUMUS KEHIDUPAN
PENGAJIAN KITAB NASHOIHUL IBAD MAQOLAH 26 dan 27 BAB TSULASTY
Pengasuh: KH. CHUSNUL WARO, S.Pd. (Rois Syuriyah MWC NU Buduran)
Tempat : Masjid Baiturrohim Desa Banjarkemantren Kecamatan Buduran
Waktu : Ba’da Shalat Maghrib, Senin Kliwon 23 Dzul Qo’dah 1444 H/12 Juni 2023 M
Sebelumnya, mari kita bacakan Surat Al-Fatihah kepada junjungan kita Sayyidina Muhammad shollallahu ‘alaihi wa sallam, seluruh muassis, masyayikh, kiai, guru, dan pengurus Nahdlatul Ulama, Penulis kitab Nashoihul Ibad yaitu Syaikh Muhammad Nawawi bin Umar al-Jawi al-Bantani beserta seluruh yang bersambung dalam sanad ilmu dan amaliyah beliau, Penulis kitab al-Munabbihat ‘ala al-Isti’dad li Yaumi al-Ma’ad yaitu Syaikh Syihabuddin Ibnu Hajar al-Atsqolany beserta seluruh yang bersambung dalam sanad ilmu dan amaliyah beliau, orang tua kita semua, juga seluruh saudara dan sahabat warga Nahdliyyin dan umat Islam di manapun berada. Untuk mera semua, al-Fatihah.
Maqolah ke-26
(Allah mewahyukan kepada sebagian nabi) alaihissalam (Dan barangsiapa yang menemuiKu melalui kematian (dan dia mencintaiku) atau rindu padaKu dan berharap atas karunia di sisiKu berupa pahala (maka aku akan memasukkannya ke surgaKu) bersama golongan para Sabiqin [al-Sabiquna al-Awwaluun] (dan barangsiapa menemuKu) melalui kematian (sedangkan dia takut padaKu) atau takut atas siksaKu (maka Aku akan menjauhkannya dari nerakaKu. Dan barangsiapa yang menemuiKu dengan kematian dalam keadaan malu kepadaKu) dengan ciut nyalinya dari sesuatu karena takut atas Allah Yang Maha Luhur (maka Aku jadikan malaikat Hafadhoh) yaitu malaikat pencatat amal (lupa terhadap dosa dosa orang itu) sebagai fadlilah dari Allah kepada orang itu.
Kiai pengasuh menjelaskan bahwa maqolah ke-26 ini menjelaskan tiga corak manusia saat sowan ke hadirat Allah subhanahu wata’ala melalui pintu kematian. Pertama, orang yang meninggal dengan membawa mahabbatulloh dalam dirinya. Orang yang meninggal dengan model seperti ini akan disediakan kesitimewaan berupa masuk surga bersama golongan al-Sabiquna al-Awwalun. Berstatus sebagai penduduk surga itu sudah merupakan prestasi yang luar biasa. Sedangkan ini lebih dari itu, yaitu di surga berada dalam satu tempat bersama al-Sabiquna al-Awwalun.
Siapakah golongan al-Sabiquna al-Awwalun ini? Jika merujuk pada QS. Al-Taubah ayat 100, yang disebut al-Sabiquna al-Awwalun adalah mereka orang-orang Muhajirin dan Anshar yang kali pertama beriman dan mengikuti ajaran Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam. Imam Asy-Sya’bi menyatakan bahwa qolongan ini adalah mereka (sebagian ahli sejarah menyatakan kira-kira jumlahnya 1300 sahabat) yang mengikuti bai’at Ridlwan pada tahun perjanjian Hudaibiyah. Sedangkan menurut Abu Musa al-Asy’ari, Said ibnu al-Musayyab, Muhammad Ibnu Sirin, golongan ini adalah mereka yang pernah mengalami shalat menghadap pada dua kiblat bersama Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam. Imam Jalaluddin al-Suyuthi dalam Tafsir Jalalain menyatakan bahwa golongan ini adalah mereka yang mengikuti perang Badar bersama Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam. Sedikit berbada, Ibnu Hisyam menyatakan bahwa yang disebut dengan al-Sabiquna al-Awwalun adalah mereka yang kali pertama masuk Islam dan jumlahnya tidak lebih dari 40 orang, sedangkan al-Dzahabi menyebutnya 50 orang. Dua pendapat terakhir inilah yang mendasari klasifikasi orang-orang yang kali pertama masuk Islam dari pihak perempuan dewasa, pria dewasa, anak-anak, pemuda, budak, dan sebagainya. Terlepas dari aneka pendapat tentang al-Sabiquna al-Awwalun, bahwa orang yang meninggal dengan membawa mahabbatullah akan ditempatkan bersama golongan insan mulia tersebut.
Kedua, orang yang meninggal dengan takut akan siksa Allah. Orang yang seperti ini akan Allah jauhkan dari nerakaNya. Ketiga, orang yang meninggal dengan malu kepada Allah. Orang yang meninggal dengan model seperti ini, Allah akan menjadikan malaikat pencatat amal perbuatannya lupa atas kelalaiannya selama hidup di dunia, sehingga ia tidak mendapatkan perhitungan amal keburukan dan pada akhirnya terhindar dari pedihnya siksa Allah.
Maqolah ke-27
(Dari Ibnu Mas’ud) rodliyallahu ‘anhu (kerjakanlah apa yang telah diwajibkan oleh Allah kepadamu) dengan sempurna (maka kamu akan menjadi ahli ibadah) maksudnya menjadi orang yang paling banyak beribadah (dan jauhilah larangan laranganNya, maka kamu akan menjadi orang yang paling zuhud) yaitu orang yang besar kebenciannya atas dunia (dan ridla/puaslah dengan apa yang telah diberikan Allah kepadamu) dari urusan rizki (maka kamu akan menjadi orang yang paling kaya) yaitu orang yang paling banyak hartanya.
Kiai pengasuh menjelaskan bahwa ada pesan melalui Ibnu Mas’ud rodliyallahu ‘anhu kepada kita semua. Pesan itu adalah tiga rumus dalam hidup, yaitu menunaikan perkara fardlu dengan sempurna, menjauhi perkara haram, dan ridla atas apa yang dikaruniakan Allah subhanahu wata’ala. Jika berusaha menyempurnakan penunaian perkara yang telah difardlukan, maka akibatnya adalah kita menjadi pribadi yang paling ahli ibadah, atau dalam pengertian lain menjadi manusia yang paling banyak ibadahnya. Jika kita juga berhasil menjauhi perkara yang diharamkan Allah, maka kita akan menjadi zahid yang sama sekali tidak tergantung atau terpaut sedikitpun dengan godaan perkara duniawi. Selanjutnya, bila kita ridla dan berpuas diri atas apa yang dikaruniakan Allah (umumnya soal rizki), maka pada titik itu kita akan menjadi manusia yang paling kaya atau paling berharta.
Moga Allah subhanahu wata’ala berkenan menjadikan kita sebagai hamba-hamba pilihannya dan mengumpulkan kita semua bersama para kekasihNya. Aamiin. Wallahu a’lam bi shawab.
A’wan MWC NU Buduran | Tukang Sapu Langgar
Mahabbah gak kenal wayah