TA’LIM MALAM 17 RAMADLAN DI MASJID AN NUR PMA SIDOKEPUNG

SIDOKEPUNG. “Ketika Baginda Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa aalihi wa sallam akan mios (keluar) rumah bersama sahabat Abu Bakar RA menjalankan perintah hijrah ke Yatsrib, sahabat Ali bin Abi Thalib RA dititahkan menggantikan beliau di pembaringannya. Kala itu pasukan bayaran dari berbagai kabilah suku Quraisy pimpinan Suroqoh bin Malik telah berkumpul mengepung kediaman beliau dengan satu tujuan yaitu membawa Baginda Rasulullah ke pimpinan suku Quraisy hidup atau mati. Pada saat itulah Baginda Rasulullah membaca ayat ke Sembilan dari Surat Yasin sambil menyiratkan pasir ke muka pasukan tersebut sehingga atas izin Allah SWT mereka tidak menyadari Baginda Rasulullah beserta disertai sahabat Abu Bakar RA menyibak kepungan mereka.” Begitulah salah satu petikan kalam dari penceramah setelah pelaksanaan shalat tarawih di masjid An Nur PMA Sidokepung pada Rabu (27/03/24) bertepatan dengan malam 17 Ramadlan 1445 H.

Mungkin kegiatan seperti itu sudah menjadi kaprah di masa kini. Hampir dapat kita jumpai para pengurus masjid atau surau yang menghadirkan seorang kyai atau ustadz untuk menyampaikan ta’lim atau pengajian dalam rangka memakmurkan masjid atau surau yang mereka kelola, terlebih pada saat waktu yang penuh berkah seperti bulan ramadlan. Itulah juga yang dilakukan olah pengurus masjid An Nur PMA Sidokepung. Masjid yang di bagian depannya terdapat logo NU dan memang dikelola oleh para penggerak agama yang ada di PRNU Sidokepung ini terlihat semakin makmur terutama pada bulan ramadlan.

Jadi Panjenengan para Bapak yang ingin keluar keluar rumah tanpa diketahui istrinya bisa meniru ini. Bacalah ayat ke Sembilan dari surat Yasin. Insyaallah ketahuan,” penceramah tersebut melanjutkan uraiannya. Terdengar jamaah dari kalangan pria dan wanita merespon kalimat ini dengan tertawa dan bahkan ada yang nyeletuk, “ya tambah kena jitak istrinya Yai”.

Kiranya uraian ceramah itu substansinya adalah terkait dengan asbabun nuzul surat al-Ikhlas yang oleh penceramah tersebut dikutipkan dari salah satu riwayat yang termaktub dalam Pasal Hadits ke-16 dari kitab al-Mawaidhul Ushfuriyah karya Syaikh Ibrahim al-Ushfury. Memang pada bagian ke-16 dari kitab itu ada salah satu riwayat yang mengisahkan bahwa surat al-Ikhlas diturunkan Allah SWT pada Baginda Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa aalihi wa sallam ketika Suroqoh bin Malik –setelah beberapa kali terjerembab ketika akan membunuh Baginda Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa aalihi wa sallam lalu—bertanya tentang bagaimana Tuhan yang disembah Baginda Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa aalihi wa sallam. Mendengar pertanyaan itu baginda Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa aalihi wa sallam terdiam beberapa saat, lalu turunlah Jibril menyampaikan wahyu tersebut.

Setelah pelaksanaan shalat tarawih, witir, doa, membaca shighot niat puasa esok hari, dan ditutup dengan saling bersalaman sambil membaca beberapa bait Burdah. KH. Azizurrohman, Kyai Ali, dan beberapa jamaah lainnya bersantai di serambi masjid sambil saling bertanya kabar masing-masing. Obrolan tampak gayeng terkait kemasjidan dan NU, terutama di Sidokepung. KH. Azizurrohman sendiri juga merupakan A’wan MWCNU Buduran dan Rois Syuriyah PRNU Sidokepung, sedang Kyai Ali merupakan salah satu tokoh yang aktif nguri-nguri NU dan ISHARI NU Sidokepung.

Di tengah obrolan santai itu, terlihat salah satu jamaah yang berbisik serius pada penceramah. Ternyata bisikan itu adalah pertanyaan bagaimana cara mengamalkan ayat ke Sembilan dari Surat Yasin itu agar benar-benar dapat “menghindarkan diri” dari “pantauan istri”. Kontan yang dibisiki dan yang membisiki saling pandang dan tertawa lepas, walau pertanyaan itu tak kunjung dijawab. Tidak berselang lama, beberapa jamaah kembali masuk ke masjid dan melakukan tadarrus al-Quran. Moga masjid An Nur dan jamaahnya Allah SWT jadikan semakin bercahaya lahir-batin. Aamiin. ©