BUDURAN. Tidak seperti biasanya, sore itu Senin (01/04/24) kantor kecamatan Buduran terlihat lebih ramai dari biasanya. Mini panggung dipasang lengkap dengan tenda di sisi timur pendopo, dan puluhan bangku telah disiapkan rapi di arena pendopo. Sebelum Ashar sudah mulai tiba beberapa rombongan yang rata-rata ibu-ibu dan remaja putri secara bergelombang. Petugas satpol PP terlihat sibuk membantu mereka menempatkan kendaraan di arena parkir kantor kecamatan. Parkir kendaraan roda dua ditempatkan di utara di depan perkantoran, sedang parkir mobil ditempatkan tepat di halaman tengah. Ibu-ibu dan remaja putri tersebut terlihat turun dari kendaraannya dengan menenteng berbagai alat masak dan beberapa bahan masakan.
Kiranya sore ini MWCNU Buduran bekerjasama dengan Mie Burung Dara mengadakan Masak dan Buko Bareng. Acara ini dikemas dengan perlombaan memasak yang diikuti oleh berbagai perwakilan dari organisasi underbow NU di wilayah kecamatan Buduran. Hadir perwakilan dari berbagai madrasah di bawah naungan dan kelompok guru yang berada dalam koordinasi bidang garapan LP Ma’arif dan PERGUNU. Hadir juga perwakilan dari Banom seperti Fatayat. Perlombaan masak dengan bahan baku dari mie Burung Dara ini sendiri diikuti oleh 30 kelompok dengan ketentuan tiap kelompok beranggotakan 5 orang. Sedang lomba masak tersebut dibagi dalam dua klaster bahan baku, yaitu memasak mie bihun dan memasak mie urai.
Ada 5 hal yang menjadi penilaian dalam perlombaan memasak mie ini. Kualitas rasa masakan, kreatifitas, kebersihan, kekompakan, dan ketepatan menyelesaikan masakan sesuai waktu yang ditentukan. Tentang kreatifitas, ada kelompok yang “mengarsiteki” makanannya layaknya menara yang dipadu dengan hiasan telur puyuh, ditambah aneka rempah-rempah yang menjadikannya makin meriah. Ada juga yang membuat semacam sushi yang berisi mie dan bahan tambahan lain seperti udang dan telur. Ada juga yang memasak mie menjadi bentuk bulat-bulan seperti bola pimpong. Semuanya menarik dan mempesona.
Terkait kekompakan, hampir terlihat semua kelompok sangat cekatan dan terampil menggunakan berbagai alat masak, melakukan koordinasi antar personil, dan bahkan tak jarang terlihat kelompok tersebut memasak sambil bernyanyi. Walau terkadang nyanyian non-profesional itu harus terhenti tiba-tiba karena apa yang mereka masak mengalami keadaan yang tidak diinginkan atau tak terduga, terlalu gosong misalnya. Semua kelompok terampil, kreatif, kompak, dan memasak dengan cara yang higienis. Di pendopo yang diisi 30 grup dengan tiap kelompoknya ada 5 orang, tentu membuat pendopo itu berjubel lengkap dengan aneka bau masakan yang memaksa perut lapar menjadi semakin lapar.
“Njenengan masak apa Nyai?” tanya salah seorang juri sambil berjalan mendekati satu kelompok yang terlihat sibuk mengiris-iris sesuatu. “Masak mie sea food Gus”, jawab seorang ibu-ibu dengan senyum ramah dan menunjukkan seekor udang. “Lha udangnya Cuma satu, jamaahnya mana?” tanya juri tersebut mengejar. “Jamaah udang lainnya sedang ikut diklat Gus”, jawaban nyai ini tentu membuat yang mendengar tertawa. Bahkan juri itu terpingkal-pingkal sambil menutup hidungnya yang tersusupi uap penggorengan bawang kelompok di sampingnya.
Tampak betapa kekompakan personil tiap grup tidak menjadikan lomba masak itu layaknya ajang kompetisi yang menganggap grup lainnya adalah rival yang harus dikalahkan. Bahkan di antara kelompok itu terlihat saling bertukar makanan dan minuman saat waktu berbuka telah tiba. Para pengurus MWCNU Buduran yang hadir seperti Kyai Machrus, Kyai Fattah, Gus Chusnan, Abah Moch. Rojin Assegaf, M.Pd., Muthoyyibah, S.Pd., H.M. Ichwani Hasan, S.E., Gus Rojali Anas, S.H.I., dan Gus Ahmad Zaini, M.Pd.I terlihat cekatan mengkoordinasi segala sesuatunya.
Gus Ahmad Zaini, M.Pd.I sendiri yang selain Wakil Sekretaris Tanfidziyah MWCNU Buduran dan Ketua PERGUNU Buduran, sore itu didapuk harus mengenakan celemek sebagai bentuk dukungan pada peserta yang sedang berjuang memproduksi masakan terbaiknya. Pria asli Madura yang sangat santun ini menyampaikan apresiasinya bahwa kegiatan tersebut berjalan dengan sukses, seru, kompak, dan sinergis antar berbagai pihak, guyup, rukun, dan penuh kebahagiaan.
“Alhamdulillah seru, kompak, sukses, meriah, dan semua berbahagia, syukur-syukur dapat juara.” Ujarnya. ©
A’wan MWC NU Buduran | Tukang Sapu Langgar
Mahabbah gak kenal wayah