BANJARKEMANTREN. Sejak pagi selepas waktu isyraq pada Senin (13/05/24) dua orang datang ke musholla al-Hidayah dusun Pandean RT 09 RW 1 desa Banjarkemantren, namanya Pak Karsiman dan Pak Subari. Keduanya terlihat mengenakan pakaian layaknya orang yang tidak akan berjamaah shalat, karena memang saat itu belum memasuki waktu shalat maktubah. Sambil berbincang-bincang, keduanya menghidupkan sound system dan melakukan pengecekan pada suara dan beberapa bagian fisik musholla yang ada di sisi utara jalan desa Banjarkemantren. Tangga dari pohon bambo terlihat di halaman musholla, sedangkan beberapa peralatan tukang, lembaran styrofoam, dan beberapa selotip ganda tergeletak di serambi.
Ternyata dua orang yang menjadi jamaah aktif sekaligus pengurus takmir musholla al-Hidayah itu sedang melakukan pengecekan dan perbaikan rutin. Pengecekan fasilitas terutama pada sound system, atap, dan beberapa fasilitas pendukung seperti papan pengumuman. Pak Karsiman beberapa kali berbicara di depan mikrofon, sedang Pak Subari melakukan penyetingan ulang di dalam ruang operator sound system. Dari beberapa kali percobaan, terdengar ada penambahan echo sehingga suara menjadi lebih memantul. Setelah usai, pengecekan dilanjutkan pada atap dan plafon musholla. Beranjak siang, keduanya menurunkan papan pengumuman dan mulai membenahinya.
Pak Subari yang memiliki keahlian pertukangan terlihat sangat cekatan membongkar papan pengumuman berbahan stainless dan kaca itu. Dasaran papan yang lama dikeluarkan dan diganti dengan styrofoam yang baru, lalu ditempelkan dengan selotip ganda. Kaca dua pintu dengan sistim buka dengan cara geser juga sudah dikeluarkan dan roda bantalannya diganti dengan dengan yang baru. Perbaikan papan pengumuman itu untuk memudahkan pemasangan beberapa informasi terkait hal-hal seputar kegiatan musholla.
Pengecekan dan perbaikan ini rampung menjelang masuk waktu shalat dluhur. Tapi setelah jamaah shalat dluhur, keduanya ditemani beberapa jamaah lainnya terlihat masih duduk-duduk di serambi. Atas inisiatif Pak Karsiman, momen itu menjadi semacam koordinasi kecil-kecilan terkait beberapa agenda kegiatan musholla yang telah dan akan berjalan. Ibu-ibu jamaah dluhur juga terlihat menyampaikan usulan terkait musholla, dan disimak dengan seksama oleh Pak Karsiman dan Pak Subari. Ditemani satu pitcher teko berisi kopi hitam dari Mbah Fatma, mereka melakukan obrolan. Pertemuan insidental itu menyepakati untuk mengadakan rapat pengurus takmir, tokoh, dan warga sekitar pada akhir pekan ini bertemakan persiapan beberapa agenda kegiatan musholla.
“Klir berarti, kita adakan rapat pengurus takmir musholla hari ahad akhir pekan ini untuk membahas dan memutuskan beberapa hal terkait kegiatan musholla”, ujar Pak Karsiman yang diberi amanah sebagai ketua takmir musholla al-Hidayah. Mas Fauzi dan Pak Subari mengafirmasi statemen tersebut.
Hal yang dilakukan oleh Pak Karsiman, Pak Subari, dan Mas Fauzi itu mungkin hal biasa, sederhana, kaprah, dan umum terjadi pada banyak musholla atau masjid di berbagai daerah. Namun, berangkat dengan hal-hal yang biasa, sederhana, dan kaprah itulah hal-hal yang istimewa dapat digapai. Karena berdasarkan sunnatullah, hal besar pasti dimulai dengan hal-hal yang dianggap kecil dan –mungkin bagi sebagian orang—tidak penting. Pastinya, pengecekan dan perbaikan fasilitas yang mereka lakukan adalah untuk memastikan bahwa musholla yang menjadi tempat khidmah mereka dalam kondisi baik-baik saja secara fisik dan non fisik.
Baiknya kondisi musholla secara fisik bisa dilihat dengan terpenuhinya sarana-prasarana yang mendukung kesempurnaan ibadah dari perspektif pertimbangan syariat. Sedangkan baiknya kondisi non fisik mushola bisa dilihat dari makmurnya kegiatan yang dilaksanakan oleh para pengurus dan jamaahnya. Di antara tanda kemakmuran masjid dan musholla adalah adanya empat kegiatan selain jamaah shalat maktubah, yaitu kegiatan berbasis al-Quran (khataman misalnya), kegiatan berorientasi pendidikan (majelis ta’lim misalnya), kegiatan penguatan spiritualitas (majelis dzikir misalnya), dan adanya kegiatan berbasis budaya (majelis shalawat hadrah misalnya). Bila sebuah musholla atau masjid memiliki kegiatan rutin seperti itu, maka paling tidak bisa disebut bahwa musholla atau masjid itu adalah tempat ibadah yang makmur. Kemakmuran masjid atau musholla itu sendiri menjadi tanda warga dan jamaah sekitarnya adalah komunitas yang rukun, kompak, dan sejahtera secara spiritual.
Semoga Allah subhanahu wa ta’ala menganugerahkan kita semua hati yang qolbuhu mu’allaqun fil al-masajid. Aamiin. ©
A’wan MWC NU Buduran | Tukang Sapu Langgar
Mahabbah gak kenal wayah
سبحان الله والحمد لله ولااله الا الله والله اكبر ولاحول ولاقوة الا با الله العلي العظيم