PRASUNG. Bertempat di musholla Nurul Hidayah Prasung Timur RT 8 RT 3 desa Prasung pada Sabtu (11/05/24) dilaksanakan Gladen Kubro ISHARI NU Anak Cabang Buduran. Kegiatan rutin tiap dua bulan itu menjadi agenda PAC ISHARI NU Buduran yang diikuti oleh seluruh PR ISHARI NU se-Buduran. Gladen Kubro malam itu dimulai lebih awal dari biasanya. Waktu menunjukkan pukul 20.00 muhud ibtida’ sudah terdengar dibawakan oleh jamaah ISHARI NU dari ranting Prasung dan Dukuhtengah.
Para pengurus dan muharrik ISHARI NU Prasung yang tidak ikut membawakan muhud ibtida’ terlihat berbagi kesibukan. Di antara mereka ada yang berjaga di area parkiran dan dengan sangat sopan melayani tiap jamaah yang baru tiba serta mengarahkan mereka untuk menempatkan kendaraan. Bahkan tidak jarang di antara muharrik ISHARI NU di area parkiran itu mempersilahkan jamaah meninggalkan kendaraan di depan parkiran dan mereka yang kemudian menempatkan kendaraan tersebut di lokasi yang aman. Sebagian panitia yang lain terlihat cekatan menyediakan serta membagikan makanan dan minuman kepada para jamaah di serambi dan halaman musholla yang terletak tepat di sebelah jalan desa tersebut.
Ustadz Ya Arif sebagai ketua tanfidzi PAC ISHARI NU Buduran dengan beberapa orang lainnya terlihat sibuk menerima laporan dari ketua rombongan dari masing-masing ranting terkait jumlah anggota yang hadir mengikuti Gladen Kubro malam hari itu. Laporan dari tiap ketua atau pimpinan ranting ISHARI NU se-Buduran itu dituliskan dalam form berita acara kegiatan Gladen Kubro, terutama identitas asal ranting, jumlah jamah serta ancangan penjadwalan petugas pembawa hadrah pada tiap sesi muhud. Petugas hadrah itu terdiri dari hadi, pemukul terbang sisi kanan dan kiri, serta rodat.
Salah satu rombongan yang datang awal, yaitu dari ranting Siwalanpanji terlihat bersantai di serambi sambil mencermati penampilan ranting lain yang sedang membawakan muhud ibtida’ dan bi syahri. Sesekali mereka bercengkeraman dengan jamaah dari ranting lain. Tapi pemandangan khas yang dapat dilihat dari jamaah ISHARI NU yang sedang beristirahat adalah gerakan bibir, tangan dan jari, atau kepala mereka ketika menyaksikan penampilan jamaah lain. Sering dijumpai jamaah yang sedang beristirahat melakukan itu semua untuk mengikuti apa yang dilakukan jamaah yang sedang bertugas membawakan hadrah. Itu dilakukan untuk meng-update skill ke-ISHARI-an mereka terkait lagu, pukulan terbang, gerakan rodat, atau ketrek dengan jamaah yang sedang bertugas.
“Lagu ini jarang dibawakan, atau memang saya yang jarang ikut latihan?” tanya seorang jamaah remaja pada orang di sampingnya yang terlihat lebih sepuh. Pihak yang dikonfirmasi spontan merespon bahwa benar adalah si penanya yang jarang ikut latihan atau kegiatan-kegiatan ISHARI NU. Spontan keduanya tertawa lalu masing-masing nyeruput kopi yang depan mereka.
Gladen Kubro ini menjadi lebih istimewa karena dirawuhi jajaran PC ISHARI NU Sidoarjo. Abah Mukhayat beserta rombongan rawuh sejak awal dan bergabung dengan pengurus serta jamaah lainnya. Kehadiran ini tentu menjadi kehormatan bagi tuan rumah sekaligus penyemangat pada jamaah ISHARI NU Buduran pada umumnya karena benar-benar diperhatikan oleh pimpinannya. Bahkan, pada muhud mahallul qiyam PC ISHARI NU Sidoarjo diminta ikut menabuh terbang, duet dengan petugas dari ranting Dukuhtengah, sedangkan petugas rodat dari seluruh ranting yang belum mendapat giliran bertugas. Tidak cukup sampai di situ, ketika seluruh rangkaian kegiatan Gladen Kubro usai, rombongan PC ISHARI NU tersebut tidak langsung undur diri, tapi masih asyik bercengkerama dengan pengurus dan jamaah lain yang menyertai. Tampak mereka sesekali berbicara serius, sesekali juga terdengar bacaan qosidah dari muhud tertentu, dan seringkali terlihat mereka tertawa bersama dengan hangat.
Saat itu terdengar pengumuman bahwa Gladen Kubro ISHARI NU Ancab Buduran periode berikutnya akan dilaksanakan di Banjarkemantren. Ustadz Ya Arif menyerahkan banner background dan beberapa bendera ISHARI NU Buduran pada salah satu pengurus PR ISHARI NU Banjarkemantren sambil menyampaikan beberapa pesan tentang pelaksanaan Gladen Kubro mendatang. Sedangkan perbincangan para jamaah masih tetap berlangsung. Walau sesekali terlihat di antara mereka terjadi diskusi serius, tapi pada akhirnya semua perbedaan ini lebur bersenyawa dengan saling bercanda dan tertawa bahagia. Inilah salah satu tanda kecil dari soliditas dan kuatnya persaudaraan di ISHARI NU. Benarlah slogan bahwa di ISHARI NU itu mahabbah gak kenal wayah. ©
A’wan MWC NU Buduran | Tukang Sapu Langgar
Mahabbah gak kenal wayah
سبحان الله والحمد لله ولا اله الا الله والله اكبر ولاحول ولاقوة الا بالله العلي العظيم