PENGAJIAN KITAB AL-MAJALIS AL-SANIYAH SYARAH ARBA’IN NAWAWIYAH: HADITS KE-1 SERTA RIWAYAT DAN HIKAYAT YANG BERKAITAN

HADITS ARBA’IN NAWAWIYAH SERTA RIWAYAT DAN HIKAYAT YANG BERKAITAN

Oleh: Kyai Machrus, M.Pd.I (Ketua Tanfidziyah MWCNU Buduran)

 

الْحَدِيْثُ الْأَوَّلُ :

 عَنْ أَمِـيْـرِ المْـُؤْمِنِـيْنَ أَبِيْ حَـفْصٍ عُمَرَ ابْن الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ تَعَالىٰ عَنْهُ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم يَقُوْلُ :

إِنَّـمَا الْأَعْـمَـالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّـمَـا لِكُـلِّ امْـرِئٍ مَّا نـَوٰى ، فَمَنْ كَـانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِـهٖ فَهِجْرَتُـه إِلَى اللهِ وَرَسُـْولِهٖ ، وَمَنْ كاَنَتْ هِجْرتُهُ ِالىٰ دُنْيَا يُصِـيْبُهَا أَوِ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ ِإلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ (رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ)

HADITS KE-1

Dari Amirilmukminin Abu Hafsh Umar bin Khattab, ia berkata: “Saya telah mendengar Rasulullah bersabda: Artinya: Sesungguhnya semua amal itu tergantung pada niat. Dan sesungguhnya masing-masing orang akan memperoleh menurut apa yang ia niatkan. Maka bBarang siapa yang (niat) hijrahnya itu menuju kepada (keridaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu adalah kepada Allah dan Rasul-Nya, dan bBarang siapa yang (niat) hijrahnya itu menuju kepada (keinginan) dunia yang hendak diperolehnya atau wanita yang hendak dinikahinya, maka hijrahnya itu hanya sebatas apa yang ia niatkan itu saja. (HR. Bukhari dan Muslim)

Hikayat yang berkaitan :

  1. Ada dua orang bersaudara, yang satu abid (ahli ibadah) yang lain fasik (melanggar larangan Allah). Si abid tadi berangan-angan ingin melihat Iblis. Maka pada suatu hari, Iblis benar-benar menampakkan diri kepadanya. Iblis berkata kepadanya: “Sungguh sayang, engkau telah membuang-buang waktumu selama empat puluh tahun dengan mengekang dirimu dan memayahkan badanmu. Umurmu masih tersisa seperti yang sudah terbuang itu, maka pergunakanlah untuk bersenang-senang mengikuti keinginan nafsumu.” Si abid lalu berkata dalam hatinya: “Saya akan turun menemui saudaraku di bawah rumah untuk menemaninya makan minum dan bersenang-senang selama dua puluh tahun, kemudian saya akan bertobat dan kembali beribadat kepada Allah selama dua puluh tahun sisa umurku tersebut.” Maka ia pun lalu beranjak turun dengan niat demikian itu. Sedangkan saudaranya si fasik, baru saja tersadar dari mabuknya. Didapatinya dirinya dalam keadaan yang sangat buruk, ia telah mengencingi pakaiannya dan tubuhnya terkapar di atas tanah dalam kegelapan. Maka berkatalah ia dalam hatinya: “Aku telah menghabiskan umurku dalam perbuatan maksiat, sedangkan saudaraku bersenang-senang dalam perbuatan taat kepada Allah dan bermunajat kepada-Nya. Maka kelak ia akan masuk ke dalam surga dengan berkat taatnya kepada Tuhannya, sedangkan aku dengan perbuatan maksiat yang telah kulakukan akan masuk ke dalam neraka.” Kemudian ia bertekad untuk bertobat dan berniat untuk melakukan kebaikan dan ibadat kepada Allah. Maka ia pun naik menuju ke tempat saudaranya untuk mengerjakan ibadat bersama-sama saudaranya itu. Si fasik naik dengan niat ibadat sedangkan si abid turun dengan niat maksiat. Ketika sedang turun itu, si abid tergelincir hingga jatuh menimpa saudaranya yang sedang naik. Karena ajal sudah sampai, keduanya akhirnya meninggal dunia. Si abid kelak pada hari kiamat dibangkitkan dalam keadaan berniat untuk melakukan maksiat, sedangkan si fasik dibangkitkan dalam keadaan berniat untuk melakukan perbuatan taat. Karenanya, hendaklah setiap orang senantiasa berniat yang baik-baik saja.
  2. Pada hari kiamat kelak, seorang hamba dibawa menghadap ke hadirat Allah sambil membawa amal baiknya yang banyaknya laksana sebuah gunung. Kemudian diserukan: “Barang siapa mempunyai hak pada si fulan maka hendaklah 1a datang kepadanya dan mengambil haknya itu.” Maka berdatanganlah orang-orang menemui si hamba tadi lalu mengambil kebaikankebaikannya yang seperti gunung tadi hingga habis tidak tersisa sama sekali. Orang itu menjadi kebingungan, lantas Allah berfirman kepadanya: “Hai hamba-Ku, engkau masih memiliki perbendaharaan di sisi-Ku yang tidak terlihat oleh seorang pun dari makhluk-Ku.” Si hamba bertanya: “Apakah itu, wahai Tuhanku?” Allah menjawab: “Niatmu, yang dahulu engkau pernah berniat untuk melakukan kebaikan. Aku catatkan pahalanya di sisi-Ku tujuh puluh kali lipat.”
  3. Pada hari kiamat kelak seorang hamba dihadapkan ke hadirat Allah, lalu diserahkan kitab amalnya kepadanya, yang diambilnya dengan tangan kanannya. Si hamba tadi melihat di dalam catatan amalnya itu pahala haji, jihad dan sedekah yang belum pernah dilakukannya. Maka ia pun berkata: “Oh Tuhanku, ini bukan catatan amalku, karena dahulu aku tidak pernah melakukan itu semua.” Allah menjawab: “Itu adalah benar-benar catatan amalmu. Dahulu engkau hidup panjang umur, dan engkau sering berniat baik. Engkau berkata, “Kalau aku punya uang aku akan naik haji, kalau aku ada uang aku akan bersedekah,” Maka Aku ketahui niatmu yang tulus itu, lalu Aku beri engkau pahala atas niatmu tersebut.” Wahai saudaraku, dari kisah-kisah tadi jelas, bahwa orang yang berniat melakukan sesuatu kebaikan dia akan memperoleh ganjarannya. Dalam hadis, Nabi pernah bersabda :

نِـــــــيَةُ الْمُؤْمِنِ خَيْرٌ مِنْ عَمَـــــــلِهٖ

Artinya: “Niat seorang mukmin lebih baik daripada amalnya.”

Konon, sebab disabdakannya hadis tersebut adalah bahwa, Nabi pernah menjanjikan pahala bagi orang yang mau menggali sebuah sumur. Maka Utsman berniat akan menggalinya. Namun ia didahului oleh seorang kafir, orang kafir inilah yang menggalinya. Maka Nabi bersabda: Niat seorang mukmin (maksudnya Utsman) lebih baik daripada amalnya (yakni si kafir). Dan konon, niat semata-mata dari seorang mukmin adalah lebih baik daripada amalnya yang tidak disertai niat.

 

 

Disarikan dari kitab : al-Majalis al-Saniyah

Karya : Syaikh Ahmad bin Syaikh Hijazi al-Fasyani