PENGAJIAN KITAB AL-MAJLIS AL-SANIYAH SYARAH ARBAIN NAWAWIYAH: HADITS KE-12 PARATEMER KUALITAS ISLAM ADALAH MENINGGALKAN PERKARA TAK BERGUNA

 بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

HADITS ARBA’IN NAWAWIYAH

SERTA RIWAYAT DAN HIKAYAT YANG BERKAITAN

:الْحَدِيْثُ الثَّانِى عَشَرَ

الْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَحْيَا قُلُوْبَ الْمُؤْمِنِيْنَ باِتِّسَاعِ رَحْمَتِهٖ وَأَلْهَمَــــــهُمْ مِنْ حُسْنِ التَّوَسُّلِ مَا يَدْفَعُوْنَ بِهٖ عَظِيْمَ أَخْذِهٖ وَعُقُوْبَتِهٖ وَوَهَبَ لَهُمْ مِنْ مَطَايَا الْحُزْنِ وَالْبُكآءِ مَا يَتَّصِلُوْنَ بِهٖ ِالٰى مَنَازِلِ جَنَّتِهٖ وَمَغْفِرَتِهٖ وَرَحْمَتِهٖ فَسُبْحَانَهٗ مِنْ ِإلٰهٍ شَرَّفَنَا بِمِلَّةِ التَّوْحِيْدِ وَأَرْسَلَ ِإلَيْنَا سَيِّدَ الْخَلْقِ وَالْعَبِيْدِ وَجَعَلَ صَلَاتَنَا عَلَيْهِ شَفِيْعًا لَنَا بَيْنَ يَدَيْهِ فَمَنْ أَرَادَ تَكْفِيْرَ الْخَطَايَا وَالزَّلَّاتِ وَبَذْلَ الْعَطَايَا وَالصَّلَاتِ وَالْحُلُوْلَ فِيْٓ أَعْلَى الدَّرَجَاتِ فَلْيُكْثِرْ مِنَ الصَّلَاةِ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ سَيِّدِ الْاَحْيَآءِ وَالْاَمْوَاتِ طَيِّبُوْا بِالصَّلَاةِ عَلَيْهِ مَسَالِكَ أَقْوَالِكُمْ وَزَيِّنُوْا بِهَا رَسَآئِلَ أَعْمَالِكُمْ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعلَى أٰلِهٖ وَصَحَابَتِهٖ وَاحْشُرْنَا وَالْحَاضِرِيْنَ فِيْ زُمْرَتِهٖ آمِيْنَ.

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ﷺ مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهٗ مَا لاَيَعْنِيْهِ (حديث حسن رواه الترمذي وغيره)

HADITS KE-12

Artinya: dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anh, ia berkata: Rasulullah ﷺ bersabda: Di antara kebagusan Islam seseorang itu adalah meninggalkan apa yang tak berguna baginya. [Hadis Hasan, diriwayatkan oleh Atturmudzi dan lainnya]

PENJELASAN:

Ketahuilah wahai saudaraku, semoga Allah menunjuki kita supaya dapat berbuat taat kepada-Nya, bahwa hadis ini merupakan hadis yang agung yang termasuk salah satu daripada pokok agama Islam.

(مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهٗ مَا لاَيَعْنِيْهِ) maknanya adalah apa-apa yang tidak berkaitan dengan perhatiannya. Adapun hal-hal yang berguna bagi manusia itu adalah yang berkaitan dengan kepentingan hidupnya, seperti masalah penghidupan dan keselamatannya di akhirat. Hal ini sedikit bila dibandingkan dengan apa-apa yang tidak berguna baginya. Apabila manusia membatasi dirinya pada hal-hal yang berguna saja, niscaya ia akan selamat dari keburukan yang besar. Dan selamat dari keburukan itu adalah kebaikan yang banyak. Di antara perkataan ulama salaf dahulu adalah: “Barang siapa mengetahui bahwa perkataannya termasuk amalnya (yang akan dipertanggung jawabkannya di akhirat kelak), niscaya akan berkuranglah perkataannya kecuali perkataan yang berguna baginya saja. Dan barang siapa menanyakan apa yang tidak berguna baginya niscaya ia akan mendengar apa yang tidak menyenangkannya.”

Ibnu Abdilbarr berkata: “Sabda Nabi ini termasuk kalam jami’ yaitu perkataan ringkas padat namun mengandung makna yang luas, yang belum pernah diucapkan oleh seorang pun sebelum Beliau.

TANBIH:

Seyogianya manusia menyibukkan dirinya hanya dengan hal-hal yang berguna, seperti membaca Al-Quran, istighfar dan berzikir serta yang serupa dengan itu. Karena setan senang apabila ia menyia-nyiakan umurnya tanpa faedah, sebab ia tahu bahwa umur itu merupakan permata yang berharga, setiap napas darinya tak ternilai harganya. Jika manusia menggunakan umurnya untuk berbuat taat maka ia akan selamat dan beruntung. Telah diriwayatkan bahwa, setiap satu tasbih itu sama dengan sedekah, dan bahwa orang yang membaca surah Al-Ikhlas sepuluh kali, akan dibangunkan baginya mahligai di dalam surga. Dan orang yang membaca subhaanallaahi wal hamdulilluahi dan seterusnya, maka akan ditanamkan pepohonan baginya di dalam surga. Dalam hadis Ibnu Umar disebutkan: Jangan banyak bicara selain dari zikrullah, supaya hatimu tidak menjadi keras. Sebab hati yang paling jauh dari Allah adalah hati yang keras.

[Nasihat-nasihat yang berkaitan dengan amanat]

Allah ﷻ berfirman:

 إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَن تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَىٰ أَهْلِهَا (سورة النساء الاية : ٥٨)

Artinya: Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya [QS. Al-Nisa’ : 58]

Dikatakan, amanat-amanat yang dimaksud oleh ayat tersebut adalah semua amanat. Dari Al-Barra’ bin ‘Azib, Ibnu Mas’ud, dan Ubai bin Ka’ab: amanat dalam segala hal adalah wudhu’ shalat, zakat, puasa, takaran, timbangan, titipan. Berkata Ibnu Umar: Allah ﷻ telah menciptakan manusia, kata Ibnu Umar:  Amanat ini telah Aku titipkan kepada mu, maka jagalah dengan haknya. Ketahuilah! Bahwa pada tiap anggota badan manusia dari sekian anggota badan terdapat amanat; amanat lisan adalah tidak digunakan dusta, ghbah atau bid’ah dan semisalnya. Amanat mata adalah tidak digunakan melihat hal yang diharamkan. Amanat telinga adalah tidak digunakan mendengarkan hal yang diharamkan begitu juga amanat-amanat anggota badan lainnya, semua amanat ini adalah hubungannya dengan Allah ﷻ. Adapun hubungannya dengan manusia adalah mengembalikan titipan, tidak mengurangi takaran, timbanagan, dan ukuran. Seburuk-buruk pedagang adalah orang yang apabila membeli memberatkan timbangan apabala dia membeli memberatkan timbangan. Amanat pemimpin adalah sikap adil kapada rakyat. Amanat ulama’ secara umum adalah mendorong umat berbuat taat, berakhlak yang baik, mencegah umat dari perbuatan maksiat, dan perbuatan buruk lainnya; seperti sikap fanatik yang dilarang. Amanat istri terhadap suami adalah tidak mengkhianati pertalian hubungan suami istri, menjaga harta suami, dan tidak keluar dari rumah tanpa seizin suami. Amanat hamba sahaya terhadap Tuannya adalah tidak membatasi pelayanannya, tidak mengkhianatinya dalam urusan harta benda. Hal tersebuit secara keseluruhan telah diisyartkan oleh Nabi Muhammad ﷺ dalam sabda-NYa:

أَلاَ كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْؤُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهٖ

Artinya: “ketahuilah Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawabannya atas yang di pimpin”

Adapun amanat seseorang kepada diri sendiri adalah memilihkan untuk dirinya hal yang lebih bermanfaat dunia dan akhiratnya, bersungguh-sungguh menghindari keinginan dan kehendak nafsu syhawatnya karena hal itu merupakan bisa yang dapat menghancurkan seseorang yang selalu menurutinya di dunia dan akhirat.

Berkata sahabat Anas radhiyallahu ‘anh: ketika Nabi Muhammad ﷺ menyampaikan khutbah kepada kami bersabda:

لاَ إِيْمَانَ لِمَنْ لاَ أَمَانَةَ لَهٗ ولاَ دِيْنَ لِمَنْ لاَ عَهْدَ لَهٗ

Artinya: “Tidak ada iman bagi orang yang pada dirinya tidak ada sifat dapat dipercaya dan tidak agama bagi orang yang tidak memegang janji.”

Allah ﷻ memandang besar terkait masalah amanat ini. Firman Allah ﷻ:

[إِنَّا عَرَضْنَا الْأَمَانَةَ] أي التكاليف التي كلف الله بها عباده من امتثال الاوامر واجتناب النواهى [عَلَى السَّمٰوَاتِ وَالْأَرْضِ وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَنْ يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الْاِنْسَانُ] أي آدم عليه السلام [إِنَّهٗ كَانَ ظَلُوْمًا] أي لنفسه بقبوله تلك التكليفات الشاقة جدا [جَهُوْلاً] أي بمشاقها التي لاتتناهى [سورة الاحزاب الاية : ٧٢]

Artinya: [Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanat] yakni beban-beban yang telah dibebankan kepada hamba-hamba-Nya, yaitu mengikuti segala perintah dan menjauhi segala larangan [kepada langit, bumi, dan gunung-gunung; tetapi semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir tidak akan melaksanakannya. Lalu, dipikullah amanat itu oleh manusia.] yakni Nabi Adam ‘alaihis salam [Sesungguhnya ia sangat zalim] yakni kepada dirinya dengan menerima beban-beban yang berat tersebut [lagi sangat bodoh.] yakni kesulitan-kesulitan yang tiada akhir [QS. Al-Ahzab : 72]

Hendaknya renungkan firman Allah ﷻ:

وَأَنَّ اللهَ لاَيَهْدِى كَيْدَ الْخَآئِنِيْنَ (سورة يوسف الاية : ٥٢)

Artinya: dan bahwa sesungguhnya Allah tidak meridai tipu daya orang-orang yang berkhianat. [QS. Yusuf : 52]

Dikatakan, sesungguhnya Allah ﷻ menciptakan dunia ini seperti kebun, dan menghiasinya dengan lima hal:

  1. Ilmu para Ulama’
  2. Sifat adilnya para pemimpin
  3. Ibadahnya orang-orang soleh
  4. Nasihat orang yang diminta pendapatnya
  5. Melaksanakan amanat

Kemudian iblis melakukan kesemerawutan sebagaimana berikut:

  1. Ilmu yang diselipi dengan tidak menyampaikan ilmu
  2. Sifat adil yang diselipi dengan penyelewengan
  3. Ibadah yang diselipi riya’ [pamer]
  4. Nasihat yang diselipi menipu
  5. Amanat yang diselipi khianat [tidak dapat dipercaya]

Dalam hadits Nabi Muhammad ﷺ terdapat sabda demikian:

أَوَّلُ مَا يُرْفَعُ مِنَ النَّاسِ الْأَمَانَةُ وأٰخِرُ مَا يَبْقٰى الصَّلاَةُ وَرُبَّ مُصَلٍّ لاَخَيْرَ فِيْهِ.

Artinya: “Yang pertama diangkat dari manusia adalah sifat dapat dipercaya, yang paling akhir tersisa adalah shalat, banyak orang yang melakukan shalat tapi tidak ada kebaikan di dalamnya.”

Dalam hadits Nabi Muhammad ﷺ terdapat sabda demikian:

إِذَا حَدَّثَ أَحَدُكُمْ فَلاَ يَكْذِبْ، وَإِذَا ائْتُمِنَ فَلاَ يَخُنْ، وَإِذَا وَعَدَ فَلاَ يُخْلِفْ

Artinya: “Apabila salah satu dianatara kalian bercerita maka janganlah berdusta, apabila dipercaya maka janganlah berkhianat, dan apabila berjanji maka janganlah mengingkari

Dalam hadits Nabi Muhammad ﷺ terdapat sabda demikian:

أَضْمِنُوْا ِليْ سِتًّا مِنْ أَنْفُسِكُمْ أُضْمِنُ لَكُمُ الْجَنَّةَ : اصْدِقُوْا إِذَا حَدَّثْتُمْ، وَأَوْفُوْآ إِذَا وَعَدْتُمْ ، وَأَدُّوْا ِإذَا ائْتُمِنْتُمْ

Artinya: “Jaminlah bagiku enam perkara, maka aku akan menjamin bagimu surga; jujurlah jika kalian berbicara, tunaikanlah jika kalian berjanji, laksanakanlah jika kalian diamanahi”

Dalam hadits Nabi Muhammad ﷺ terdapat sabda demikian:

أَكْفِلُوْا ِليْ ِبسِتِّ خِصَالٍ أُكْفِلُ لَكُمْ بِالْجَنَّةِ: الصَّلَاةِ، وَالزَّكَاةِ، وَالْأَمَانَةِ، وَالْفَرْجِ، وَالْبَطْنِ، وَاللِّسَانِ

Artinya: “Jaminlah bagiku enam perkara, maka aku akan menjamin bagimu surga; shalat, zakat, amanat, menjaga farji, menjaga perut, dan menjaga lisan

Dalam hadits Nabi Muhammad ﷺ terdapat sabda demikian:

ثَلَاثٌ مُتَعَلِّقَاتٌ بِالْعَرْشِ: الرَّحِمُ يَقُولُ اللَّهُمَّ إِنِّي بِكَ فَلَا أُقْطَعُ وَالْأَمَانَةُ تَقُولُ: اللَّهُمَّ إِنِّي بِكَ؛ فَلَا أُخَانُ وَالنِّعْمَةُ تَقُولُ : اللَّهُمَّ إِنِّي بِكَ؛ فَلَا أُكْفَرُ

Artinya: Tiga perkara yang tergantung di ‘Arasy: Rahim akan berkata: Ya Allah, sesungguhnya aku ini bersama-Mu, janganlah aku diputuskan. Amanah pula berkata: Ya Allah, sesungguhnya aku bersama dengan-Mu, maka janganlah aku dikhianati. Nikmat pula berkata: Ya Allah, aku bersama dengan-Mu, maka janganlah aku dikufuri.

Dalam hadits Nabi Muhammad ﷺ terdapat sabda demikian:

يُؤْتَى باِلْعَبْدِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَإِنْ قُتِلَ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ فَيُقَالُ لَهُ أَدِّ أَمَانَتَكَ، فَيَقُوْلُ أَيْ رَبِّ! كَيْفَ وَقَدْ ذَهَبَتِ الدُّنْيَا؟ فَيُقَالُ: إِنْطَلِقُوْا بِهِ إِلىَ الْهَاوِيَةِ، فَيَنْطَلِقُ بِهِ إِلىَ الْهَاوِيَةِ وَتَمَثَّلَ لَهُ أَمَانَتُهُ كَهَيْئَتِهَا يَوْمَ دُفِعَتْ إِلَيْهِ فَيَرَاهَا فَيَعْرِفُهَا فَيَهْوِي فِيْ أَثَرِهَا حَتَّى يُدْرِكَهَا فَيَحْمِلُهَا عَلَى مَنْكِبَيْهِ، حَتَّى إِذَا ظَنَّ أَنَّهُ خَارِجٌ مِنَ النَّارِ زَالَتْ عَنْ مَنْكِبَيْهِ فَهُوَ يَهْوِي فِيْ أَثَرِهَا أَبَدَ الْآبِدِيْنَ. ثُمَّ قَالَ الصَّلَاةُ أَمَانَةٌ وَالْوُضُوْءُ أَمَانَةٌ وَالْوَزْنُ أَمَانَةٌ وَالْكَيْلُ أَمَانَةٌ وَعَدَّ أَشْيَآءَ وَأَشَدُّ ذَلِكَ الْوَدَآئِعُ وَقَالَ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَدِّ الْأَمَانَةَ إِلىَ مَنِ ائْتَمَنَكَ وَلَاتَخُنْ مَنْ خَانَكَ أَيْ لَاتُقَابِلْهُ بِخِيَانَتِهِ.

Artinya: “Hamba itu akan didatangkan pada hari kiamat, meskipun dia dibunuh di jalan Allah , dan dikatakan kepadanya: Laksanakan amanahmu! Dia berkata: Ya, Tuhan. Bagaimana aku melaksanakan amanahku dunia sudah berlalu? Dikatakan: Bawalah dia ke neraka hawiah, dan dia dibawa ke neraka hawiah. Amanah itu tampak padanya seperti pada hari diberikan kepadanya, kemudian ia melihatnya, lalu ia mengenalinya, ia pun turun di belakangnya sampai dia meraihnya, lalu dia memikul di pundaknya, sampai ketika dia mengira bahwa dia keluar dari neraka ternyata amanah itu terlepas dari bahunya dan dia turun di belakangnya selama-lamanya. Dan Beliau bersbada: Shalat, wudhu, timbangan, dan takaran adalah amanah dan Beliau menghitung segala sesuatu, yang paling berat di antara semuanya adalah titipan. Kemudian Nabi Muhammad bersabda: Shalat, wudhu, menimbang, menakar adalah amanah, dan menghitung segala sesuatu, dan yang paling dahsyat di antara semuanya adalah titipan. Beliau pun bersabda: “Tunaikan amanah kepada orang yang mempercayakanmu, dan janganlah kamu mengkhianati orang yang mengkhianatimu. Yakni, jangan membalas pengkhianatannya.”

 

 

أَلّٰلهُمَّ وَفِّقْنَا أَجْمَعِيْنَ، أٰمِيْنَ.

 

Disarikan dari kitab: al-Majalis al-Saniyah

Karya: Syaikh Ahmad bin Syaikh Hijazi al-Fasyani

Oleh: Muhammad Mahrus (Ketua MWCNU Buduran)

۩۩۩۩۩۩۩۩۩۩