PENGAJIAN KITAB AL-MAJALIS AL-SANIYAH SYARAH ARBA’IN NAWAWIYAH HADITS KE-6 TENTANG PERKARA HALAL, HARAM, DAN SYUBHAT

HADITS ARBA’IN NAWAWIYAH

SERTA RIWAYAT DAN HIKAYAT YANG BERKAITAN

:الْحَدِيْثُ السَّادِسُ 

الْحَمْدُ ِللهِ الْمَلِكُ الْمُتَعَالِ الْمُنَزَّهُ عَنِ الشُّرَكَآءِ والْاَمْثَالِ الَّذِيْ بَيَّنَ لِعِبَادِهٖ الْحَرَامِ مِنَ الْحَلَالِ وَأَشْهَدُ اَنْ لَآاِلٰهَ ِالَّا للهُ وَحْدَهٗ لَاشَرِيْكَ لَهٗ شَهَادَةً تُصْلِحُ الْقَلْبَ وَالِّلسَانَ مِنْ فَسَادِ اْلاَفْعَالِ وَأَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهٗ وَرَسُوْلُهٗ الَّذِيْ طَهَّرَ اللهُ ظَاهِرًا وَبَاطِنًا وَوَصَفَهٗ فَوْقَ مايُقَالُ فَهُوَ النَّبِيُّ الْمُصْطَفٰى وَالْحَبِيْبُ الْمُجْتَبٰى والْهَادِى مِنَ الضَّلَالِ ﷺ وَعَلىٰٓ أٰلِهٖ وَأَصْحَابِهٖ بِالْغُدُوِّ وَالْاٰصَالِ، آمِيْنَ.

عَنْ أَبِيْ عَبْدِاللهِ النُّعْمَانِ بِنْ بَشِيْرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلِ اللهِ ﷺ يَقُوْلُ “ِإنَّ الْحَلَالَ بَيِّنٌ وَإِنَّ الْحَرَامَ بَيِّنٌ, وَبَيْنَهُمَا أُمُوْرٌ مُشْتَبِهَاتٌ لَا يَعْلَمُهُنَّ كَثِيْرٌ مِنَ النَّاسِ, فَمَنِ اتَّقٰى الشُّبُهَاتِ فَقَدِ اسْتَبْرَأَ لِدِيْنِهٖ وَعِرْضِهٖ, وَمَنْ وَقَعَ فِي الشُّبُهَاتِ وَقَعَ فِي الْحَرَامِ, كَالرَّاعِى يَرْعٰى حَوْلَ الْحِمٰى يُوْشِكُ أَنْ يَقَعَ فِيْهِ, أَلَا وَاِنَّ لِكُلِّ مَلِكٍ حِمًى, أَلَا وَإِنَّ حِمَى اللهِ مَحَارِمُهٗ, أَلَا وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً ِإذَا صَلُحَتْ صَلُحَ الْجَسَدُ كُلُّهٗ, وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهٗ, أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ (رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ)

HADITS KE-6

Terjemah:

Dari Abi Abdillah Al-Nu’man bin Basyir radiyallaahu ‘anhu. Ia berkata: “Saya mendengar Rasulullah ﷺ. Bersabda:

Artinya: Sesungguhnya halal itu jelas dan haram itu jelas dan di antara keduanya ada perkara yang samar-samar (Syubhat = perkara yang tidak jelas halal atau haramnya), yang kebanyakan manusia tidak mengetahuinya. Maka barang siapa menjaga dirinya dari perkara syubhat itu berarti ia telah membersihkan agama dan kehormatannya, dan barang siapa jatuh ke dalam perkara syubhat itu berarti ia telah terjatuh ke dalam perkara yang haram. Seperti seorang penggembala yang menggembalakan ternaknya di sekitar tanah larangan (halaman orang), lambat laun ia akan masuk ke dalamnya. Ingatlah, bahwa tiap-tiup raja itu ada larangannya. Ingatlah bahwa larangan Allah ﷻ itu adalah apa-apa yang diharamkan-Nya. Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada sekerat daging, jika ia baik maka baiklah jasad itu seluruhnya, dan jika ia rusak maka rusaklah jasad itu seluruhnya. Ingatlah, itu adalah hati. (HR. Imam Bukhari dan Imam Muslim)

Tanbihat (peringatan-peringatan):

  • Telah dibedah Kalbu Nabi Muhammad ﷺ, kemudian dikeluarkan darinya segumpal darah hitam, dikatakan kepada Beliau, ini adalah bagian-Mu yang datang dari setan, lalu disucikan, maka hati Beliau menjadi bersih.
  • Dikatakan, kebaikan kalbu itu dalam enam perkara:
  1. Membaca Al-Quran dengan merenungkan maknanya
  2. Perut kosong
  3. Bangun malam
  4. Berdoa dengan khusyuk di waktu sahur
  5. Bersahabat dengan orang-orang saleh
  6. Makan dari barang yang halal, dan ini (makan halal) adalah pokoknya.
  • Sebagian ulama mengatakan, makanan itu adalah benih perbuatan, kalau masuk barang halal maka keluarnya juga halal, kalau masuk barang haram maka keluarnya juga haram, dan kalau masuknya barang syubhat maka keluarnya juga syubhat.

Riwayat:

  • Salah seorang ulama berkata: “Saya pernah minta minum kepada seorang tentara, kemudian watak kerasnya itu menetap di kalbu saya selama empat puluh hari.”
  • Hasan Albashri rahimahullah berkata: “Kami jumpai satu kaum yang meninggalkan tujuh puluh pintu yang halal, karena takut jatuh ke dalam yang haram.”
  • Suatu hari Abubakar Assiddiq makan sesuatu yang di dalamnya ada syubhat, sedang beliau tidak mengetahuinya. Ketika beliau tahu barang yang dimakannya itu syubhat, maka beliau lalu memasukkan tangannya ke dalam mulutnya lalu memuntahkan makanan tersebut.
  • Ibrahim bin Adham rahimahullah pernah ditanya, mengapa Anda tidak minum dari air zamzam itu? Beliau menjawab, kalau saya punya timba tentu saya akan meminumnya. Sebagai isyarat bahwa timba itu dari uang sultan, sedangkan uang sultan itu syubhat.
  • Zaid bin Tsabit berkata: “Tidak ada yang lebih gampang melakukannya dibandingkan sifat warak. Jika ada sesuatu yang meragukan Anda maka tinggalkan, dan ini gampang bagi orang yang dimudahkan oleh Allah dan berat bagi kebanyakan manusia lebih berat daripada gunung.”

KHATIMAH (pamungkas)

  • Rasulullah ﷺ bersabda, yang artinya: Sesungguhnya Allah mempunyai bejana-bejana, yaitu kalbu-kalbu. Kalbu-kalbu yang paling dekat dengan Allah adalah kalbu yang lembut, bersih dan kuat. Abu Abdillah Atturmudzi berkata: “Kalbu yang lembut itu adalah kalbu yang takut kepada Allah, yang bersih itu adalah untuk sahabat di jalan Allah, dan yang kuat itu adalah dalam memegang agama Allah.
  • Dikatakan, kalbu itu mirip bejana, kalbu orang kafir ibarat bejana yang pecah dan terbalik sehingga tidak bisa dimasuki kebaikan sama sekali, kalbu orang munafik ibarat bejana yang bocor, apa saja yang masuk dari atas maka segera keluar dari bawahnya, dan kalbu orang mukmin itu ibarat bejana yang bagus, jika diisi kebaikan ia akan tersimpan di dalamnya.
  • Kalbu itu menjadi keras adalah karena berpaling dari muraqabah kepada Tuhan. Dan ada pula yang mengatakan, kalbu itu menjadi keras karena ia mengikuti dorongan-dorongan hawa nafsu. Sebab syahwat (dorongan hawa nafsu) dan shafwah (kebersihan hati) itu tidak bisa bersatu.
  • Pertama-tama yang muncul dalam kalbu itu adalah sifat lalai, kalau tidak disadarkan Allah ﷻ maka ia akan menjadi bisikan hati. Kalau bisikan hati ini tidak ditolak Allah ﷻ maka ia akan menjadi pikiran buruk. Jika pikiran buruk ini tidak dipalingkan Allah ﷻ maka ia akan menjadi keinginan kuat untuk melakukan perbuatan buruk. Kalau keinginan buruk ini tidak dibendung Allah ﷻ maka ia akan jatuh ke dalam perbuatan maksiat. Jika perbuatan maksiat itu tidak diselamatkan Allah ﷻ dengan tobat maka ia akan menjadi keras. Jika kekerasan kalbu itu tidak dilembutkan Allah ﷻ maka ia akan menjadi watak dan titik hitam dalam kalbu.
  • Ibrahim bin Adham rahimahullah berkata: “Kalbu orang mukmin itu ibarat cermin yang bersih, jika setan datang ia akan kelihatan. Kalau pemilik kalbu itu melakukan dosa maka di dalam kalbunya akan muncul sebuah titik hitam. Jika ia bertobat, maka titik hitam itu akan hilang. Jika ia kembali melakukan dosa dan tidak bertobat, titik hitam itu akan bertambah terus hingga akhirnya kalbunya menjadi hitam pekat. Kalau sudah demikian, maka tidak ada lagi nasihat yang mempan terhadapnya.
  • Hasan Albashri rahimahullah berkata: “Dosa di atas dosa akan menggelapkan kalbu hingga akhirnya ia menjadi hitam pekat.”
  • Atturmudzi rahimahullah berkata: “Hidup kalbu itu adalah karena iman, matinya adalah karena kufur, sehatnya adalah karena taat, sakitnya adalah karena terus menerus berbuat maksiat, sadarnya adalah karena zikir, dan tidurnya adalah karena lalai.
  • Dalam salah satu khabar disebutkan: Jangan banyak berbicara selain dengan dzikrullah, supaya kalbumu tidak menjadi keras.

.أَلّٰلهُمَّ وَفِّقْنَا كَــمَا وَفَّقْتَهُمْ آمِيْنَ، وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ