MWCNU BUDURAN MOHON RESTU DIRIKAN FASKES DAN BMTNU PADA LAILATUL IJTIMA’ PCNU SIDOARJO DI MASJID AL-KAROMAH

BUDURAN. Lailatul Ijtima’ (LI) merupakan kegiatan khas dari jamiyah Nahdlatul Ulama (NU) yang dilaksanakan oleh struktur kepengurusan mulai PBNU sampai tingkat ranting. Biasanya LI dimakmurkan dengan pelaksanaan peribadatan khas warga nahdliyyin seperti shalat-shalat sunnah, tawassul, istighotsah, sholawat, dan doa. Di masa awal berdirinya NU, di samping media penguatan ruhaniyah bagi jamaah, LI juga menjadi momentum konsolidasi pergerakan NU dalam merefleksikan kontribusi kebangsaannya. Pada perkembangannya, selain tetap menjadi media penguatan ruhani, LI juga menjadi konsolidasi keorganisasian jam’iyah NU.

Kali ini MWCNU Buduran menjadi tuan rumah penyelenggaraan LI PCNU Sidoarjo yang ditempatkan di masjid Al-Karomah desa Buduran pada Rabu (23/08/23) setelah pelaksanaan jamaah shalat Isya’. Prosesi LI kali ini dimulai dengan pembacaan sholawat bil ISHARI dari kitab maulid Syaroful Anam gubahan Syaikh al-Imam Syihabuddin Ahmad bin Ali al-Hariri al-Mursi al-Andalusi oleh ISHARI se-Buduran. Ada dua muhuth yang dibawakan, yaitu Ibtida’ dan Mahallul Qiyam. Selanjutnya diteruskan dengan shalat-shalat sunnah yaitu shalat taubat, shalat tasbih, dan shalat hajat yang diimami oleh KH. Abdul Khobir, S.Pd.I. Setelah itu dilanjutkan dengan pembacaan istighotsah yang dipimping oleh KH. Moch. Hasyim E, S.Pd.

 

Berikutnya merupakan sesi sambutan-sambutan yang diawali oleh Rois Syuriyah PCNU Sidoarjo, KH.R. Abdussalam Mujib. Pada penyampaian sambutannya, pengasuh PP Al-Khoziny ini menyampaikan terima kasih pada segenap pengurus NU Sidoarjo, Buduran, dan ranting yang telah hadir dan mendukung terselenggaranya LI malam itu, sekaligus mohon maaf atas kekurangan dalam pelaksanaannya. “Sebagai tuan rumah, terima kasih kami sampaikan pada semua pihak yang mendukung terlaksananya kegiatan malam hari ini. Juga mohon maaf atas segala kekurangan selama pelaksanaannya,” dawuh beliau pada jamaah.

Sambutan berikutnya dihaturkan oleh Kyai Machrus, M.Pd.I sebagai ketua Tanfidziyah MWCNU Buduran. Pada sambutannya beliau menyampaikan beberapa informasi terkait progress kegiatan MWCNU Buduran yang telah terlaksana dan yang menjadi listing agenda. Salah satunya adalah tentang agenda pendirian Fasilitas Kesehatan (Faskes) dan Baitul Mal wa al-Tanwil (BMT) NU di MWCNU Buduran dan permohonan dukungan pada semua pihak yang terkait untuk misi tersebut. “Ini masih proses pendirian Faskes dan BMTNU di Buduran. Untuk itu kami mohon dukungan doa restu dari PCNU dan semua pihak yang terkait dengan hal tersebut. Mudah-mudahan bisa segera terealisasi,” jelas beliau.

Menanggapi itu, ketua Tanfidziyah PCNU Sidoarjo, KH. M. Zainal Abidin, M.Pd.I. menyampaikan bahwa PCNU Sidoarjo mendukung sepenuhnya atas upaya tersebut sebagai bagian dari bentuk implementasi misi rahmatan lil ‘alamin yang dijalankan oleh NU. Warga nahdliyyin di Sidoarjo merupakan mayoritas, dan orang yang menderita sakit terbanyak secara potensial adalah orang NU. Maka pendirian rumah sakit, klinik, dan fakses merupakan bentuk pemberian pelayanan pada warga NU dan umat manusia pada umumnya dalam bidang kesehatan. “Pendirian fakses itu kita dukung sepenuhnya sebagai bagian dari wujud rahmatan lil ‘alamin. Bahkan itu harus menjadi gerakan massif di wilayah MWCNU lain.” tegas beliau.

Paling akhir, rangkaian kegiatan LI yang dipandu oleh Kyai Imam Ghozali tersebut dipungkasi dengan pembacaan doa yang dipimpin oleh Rois Syuriyah MWCNU Buduran, KH. Chusnul Waro, S.Pd. Setelah pembacaan doa, segenap panitia mengedarkan hidangan nasi rawon kepada seluruh jamaah. Dari luar komplek masjid al-Karomah tampak sangat meriah, ditambah dengan adanya bendera dan umbul-umbul NU, serta para sahabat Banser sigap mengamankan hadirin. Ibu-ibu Muslimat, sahabat-sahabat Fatayat, Ansor, IPNU, IPPNU, bahkan Pagar Nusa juga terlihat cakap melakukan tugasnya masing-masing ngerahapne para tamu yang rawuh. Di tengah ramah tamah, terlihat di antara jamaah saling membuat lingkaran halaqoh dan bercengkerama dengan suasana yang penuh kekeluargaan. Memang tepat dawuh Kyai Zainal, bahwa LI semacam ini kelihatannya sederhana, tapi sebenarnya luar biasa. Mungkin kentalnya nuansa ukhuwah al-nahdliyah yang menjadikan berbagai kegiatan NU menjadi istimewa, di samping NU sendiri sudah merupakan organisasi yang sangat istimewa.(c)