ISLAM DI MATA MUHAMMAD ALEXANDER RUSSELL WEBB [MUSLIM KULIT PUTIH PERTAMA DI USA]
Oleh: Chabib Musthofa
Mudir JATMAN Idaroh Ghusniyah Buduran
“… bahwa saya menganut agama ini (Islam) karena saya dapati setelah mempelajarinya lama sekali secara mendalam, bahwa itulah agama terbaik, satu-satunya agama yang sesuai dengan kebutuhan spiritual dari kemanusiaan.”
“Saya bertemu dengan pendapat Mill [Juan Stuart Mill] dan Locke [John Locke], Kant [Immanuel Kant], Hegel [Georg Wilhelm Friedrich Hegel], Fichte [Johann Gottlieb Fichte], Huxley [Sir Jullian Sorell Huxley] dan banyak yang lain, penulis-penulis ternama yang telah berhasil membahas dan mempertunjukkan hasil pemikiran [wisdom] tentang protoplasma dan atom, tetapi tidak seorang pun di antara ahli-ahli pikir tersebut yang menerangkan apa itu roh manusia, apa yang terjadi dengan roh itu sesudah keluar dari tubuh [sesudah seorang meninggal dunia].”
“Yang menjadi inti dari kepercayaan yang benar dalam Islam ialah penyerahan diri terhadap kemauan Allah subhanahu wa ta’ala, sedang yang menjadi batu pokoknya ialah shalat. Dengan demikian akan tercapailah persaudaran yang meliputi keseluruhan [universal fraternity], percintaan yang menyeluruh [universal love], amal kebajikan yang menyeluruh [universal benevolence]. Kepercayaan dan penyerahan diri yang demikian itu akan menjadikan pikiran bersih, dan mengakibatkan bersihnya perbuatan, bersihnya perkataan, dan kebersihan jasmani yang sempurna.”
Tiga kutipan di atas adalah teks yang tertulis dalam buku terjemahan berjudul Kami Pilih Islam cetakan pertama tahun 1976 oleh penerbit FA. Pustaka Progressif, Surabaya. Kutipan pertama tertulis di halaman 73, sedangkan dua kutikan berikutnya tertulis di halaman 74. Buku itu sendiri merupakan terjemahan dari buku asli berjudul Islam Our Choice yang juga diterjemahkan dalam bahasa Arab berjudul Limadza Aslamna. Buku yang berbahasa Indonesia diterjemahkan oleh H. Bey Arifin, ulama penulis kelahiran 29 September 1917 di Parak Laweh, Tilatang Kamang, Agam, Sumatera Barat dan meninggal di Surabaya pada 30 April 1995. Tokoh ini dikenal sebagai muballigh, penulis, pengajar, dan pernah memimpin Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur.
Tiga kutipan di atas merupakan catatan yang dituliskan oleh Muhammad Alexander Russelll Webb, seorang muslim berkebangsaan Amerika Serikat. Ia adalah satu dari empat orang yang kali pertama membawa Islam masuk di Amerika Serikat. Adalah Omar ibn Said (1770-1864), Yarrouw Mamout (1819), dan Abdul Rahman Ibrahima (1825). Ketiganya muslim yang menyebarkan Islam di Amerika Serikat yang berasal dari benua Afrika, sedangkan Muhammad Alexander Russell Webb merupakan warga kulit putih Amerika Serikat yang pertama kali memeluk Islam dan menyebarkannya di negara itu. Sebelumnya ia non muslim, dan memeluk Islam setelah melakukan kajian mendalam atas Islam di tengah sedang terjadinya dinamika sosial politik di Eropa waktu itu. Muhammad Alexander Russell Webb lahir tahun 1846 di Hudson, Columbia Country, New York dan meninggal awal Oktober 1916 di negara yang sama. Dia merupakan penulis banyak cerita pendek, dan pernah menjadi Pimpinan Redaksi majalah St. Yoseph Gazette dan Missiory Republican, lalu pada tahun 1887 diangkat menjadi Konsul Amerika Serikat di Manila, Philipina. Singkatnya, Muhammad Alexander Russell Webb adalah seorang jurnalis, penulis, dan diplomat. Info diri dan organisasi yang dibentuk karena inspirasi dirinya dapat dilihat di situs https://www.webbfound.org/about.
Tulisan ini mencoba memahami dan mencermati beberapa pandangan Muhammad Alexander Russell Webb terhadap Islam sebagaimana bagian-bagian yang tercetak tebal pada tiga kutipan di atas. Untuk memudahkan, kami lakukan peredaksian ulang dengan berupaya tidak mengurangi substansinya. Tentu pencermatan ini memiliki keterbatasan bersifat reflektif, spekulatif, dan subyektif. Apalagi kutipan itu sudah merupakan terjemahan dari bahasa aslinya yang kemungkinan besar menderivasi maksud yang diinginkan penulisnya.
Islam Satu-Satunya Agama Terbaik dan Paling Sesuai dengan Kebutuhan Spiritual Kemanusiaan
Melalui kalimat tersebut, Muhammad Alexander Russell Webb mendeklarasikan dengan sangat berani di masa itu tentang kebenaran Islam sebagai agama terbaik dan paling sesuai dengan kebutuhan spiritual kemanusiaan. Pertama, tokoh kita ini secara gagah menyatakan bahwa Islam menjadi yang terbaik karena internal substansi ajaran Islam sendiri memang yang terbaik, baik secara dogmatis (substansi ajaran sebagaimana teks suci) dan doktrinal (hasil ijtihad yang sudah terlembagakan dalam berbagai perangkat ketentuan). Dari sisi ajaran, ritual, sumber ajaran, dan metodologi kajian, Islam menyediakan piranti relijiusitas yang sangat kokoh, mapan, dan tak terbantahkan. Kedua, Islam merupakan agama terbaik karena secara eksternal berkesesuaian dengan kebutuhan spiritual kemanusiaan. Secara obyektif, tidak manusia yang tidak mengakui kebenaran Islam dan kebutuhan spiritual mereka terhadap Islam. Artinya, pada kutipan pertama ini, Muhammad Alexander Russell Webb ingin mengatakan bahwa Islam itu merupakan satu-satunya agama terbaik dari sisi internal agama Islam sendiri, dan juga agama terbaik karena secara eksternal linier dengan kebutuhan spiritual seluruh umat manusia.
Roh itu Apa dan Apa yang Terjadi Padanya Setelah Kematian?
Muhammad Alexander Russell Webb tidak mengutip QS. Al-Isra’: 85 yang mengetengahkan pembahasan tentang roh ketika menuliskan testimoni keislamannya pada bagian ini. Tapi Muhammad Alexander Russell Webb menunjukkan kita dua jastifikasi (penegasan). Pertama, ia menunjukkan bahwa betatapun jumawa pencapaian filsafat dan ilmu pengetahuan saat itu, tapi keduanya gagal menjelaskan tentang roh manusia dan nasibnya setelah kematian (artinya kehidupan setelah kematian). Betapa dengan terang-terangan menyebut nama-nama besar dalam filsafat dan ilmu pengetahuan yang saat itu sedang melambung tinggi di atas peradaban umat manusia, kesemuanya tidak mampu memberikan jawaban padanya tentang topik tersebut. Sedangkan Islam merupakan agama yang paling klir dan detail memberikan kabar tentang perjalanan hidup manusia setelah kematiannya, ditambah bahwa mengimani hari kiamat dan kehidupan setelahnya merupakan bagian dari rukun iman dalam Islam yang tak dapat ditawar.
Kedua, Muhammad Alexander Russell Webb menunjukkan kelemahan berbagai pemikiran filsafat [Idealisme, Rasionalisme, Positifisme, Empirisme, Kapitalisme, Evolusionisme, dan lain sebagainya], dan berbagai teori seperti politik, ekonomi, dan bahkan evolusi. Di saat yang bersamaan dengan itu Muhammad Alexander Russell Webb menyampaikan pada dunia bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang paling argumentatif, jastifikatif, rasional [masuk akal karena fakta mengharuskan akal sehat menerima kebenarannya], dan logis [masuk akal karena akal sehat mengharuskan menerima kebenarannya walaupun tidak dibuktikan oleh fakta]. Bahkan gaya berpikir khas filsafat seperti radikal [mengakar], komprehensif [menyeluruh], rasional, logis, subyektif, dan spekulatif, tidak mampu memberikan jawaban tentang apa itu roh dan kehidupan setelah kematian.
Penyerahan Diri Total Pada Kodrat-Irodat Allah Subhanahu wa ta’ala dan Menegakkan Shalat Adalah Jalan Menggapai Kesucian Dan Kesempurnaan
Di sini Muhammad Alexander Russell Webb seakan-akan ingin menyampaikan beberapa hal. Pertama, taslim [penyerahan diri] total dalam iman atas qodlo-qodar Allah Subhanahu wa ta’ala merupakan kunci segala sesuatu. Kaprah bahwa di antara enam rukun iman, beriman pada qodlo-qodar merupakan hal yang sangat sulit dijaga kualitasnya oleh seorang muslim secara umum, karena itu terkait dengan kondisi diri manusia dan situasi yang bersentuhan langsung dengan kehidupan manusia itu sendiri. Iman pertama sampai kelima tidak dirasakan langsung oleh manusia, tapi iman keenam –seperti takdir menjadi kaya atau papa, berderajat atau terhina, termasyhur atau terkucil, dan sebagainya—langsung menjadi ujian keimanan manusia itu sendiri pada Allah Subhanahu wa ta’ala. Ketika segaris saja seorang manusia tidak mengimani bahwa apa yang diterimanya merupakan ketetapan dari Allah Subhanahu wa ta’ala, maka segaris itu juga kualitas imannya atas qodlo-qodar Allah Subhanahu wa ta’ala mengalami degradasi. Kita berlindung pada Allah Subhanahu wa ta’ala atas itu.
Kedua, shalat merupakan pokok pembuktian dari iman. Jika rukun iman keenam merupakan tes keimanan yang terus menerus dirasakan langsung oleh manusia, maka shalat merupakan pokok dari ibadah yang terkandung dalam rukun Islam. Argumentasi Muhammad Alexander Russell Webb ini senada dengan dawuh Syaikh Mutawalli Sya’rowi, bahwa dalam shalat ada substansi pelaksanaan rukun Islam lain. Pada shalat ada pengucapan syahadatain; ada penunaian zakat badan, waktu, dan kekayaan; dalam shalat diharamkan melakukan apa-apa yang membatalkan puasa; dan dalam shalat ada al-tawajjuh al-nafs lillahi ta’ala sebagaimana dalam haji. Seolah Muhammad Alexander Russell Webb ingin mendakwahkan bahwa suluk terbaik sebagai manifestasi iman adalah menegakkan shalat.
Ketiga, Muhammad Alexander Russell Webb ingin menyampaikan jika dua pendulum iman –terutama rukun iman keenam—dan shalat berkelindan kuat dalam diri manusia, maka manusia itu akan menjadi penebar persaudaraan, cinta, dan kebajikan universal pada seluruh mahluk semesta alam. Tentu ini segaris dengan status Baginda Nabi Muhammad Shollallahu ‘alaihi wa aalihi wa sallam sebagai rahmatan lil ‘alamin. Lebih lanjut, Muhammad Alexander Russell Webb menyatakan bahwa jika kualitas kepercayaan dan penyerahan diri itu sudah sangat istimewa, maka manusia akan mendapatkan kebersihan pikiran, perbuatan, perkataan, dan jasmani yang sempurna. Pesulukan dengan penguatan sisi keimanan dan keberislaman yang semacam ini menurutnya menjadi jalan pencapaian tashfiyah al-‘aql, tashfiyah al-‘amal, tashfiyah al-maqal, dan tashfiyah al-jismaniyah.
Kalimat-kalimat testimonial Muhammad Alexander Russell Webb di atas menunjukkan kekuatan dan keteguhan dirinya dalam memahami Islam dan memanifestasikannya dalam perilaku keseharian dalam satu kombinasi yang saling melengkapi dan menyempurnakan. Lebih dari itu, berbagai statemennya tentang Islam menandakan bahwa ia termasuk sosok yang melihat berbagai aspek dalam Islam sebagai bangunan yang utuh dan tak terpisahkan antara satu dan yang lainnya, sehingga pencapaian kesempurnaan kemanusiaan menjadi pilihan diksinya. Muhammad Alexander Russell Webb juga melihat Islam bukan hanya berada pada ruang kesalehan personal yang tertutup dan abai terhadap lingkungan dan situasi sekitar. Tapi baginya, Islam adalah sebuah kekuatan gerakan sosial dan kebudayaan yang mampu melakukan pembebasan dan memutus berbagai belenggu kemanusiaan sesuai dengan misi profetik sebagai rahmatan lil ‘alamin.
Wa akhiron. Buku Kami Pilih Islam cetakan pertama tahun 1976 terjemahan dari judul aslinya Islam Our Choice yang jadi bahan kajian kita saat ini merupakan buku milik Bapak. Adat beliau ketika membeli buku adalah menuliskan lafadz Basmalah, atau shalawat, nama beliau, hari, tanggal, tempat, dan harga pembelian pada sisi atas inside cover book. Tapi itu tidak berlaku di buku ini. Hanya tertera di buku yang warna kertasnya sudah “menyoklat” dan sisi luar kertasnya tergerogoti usia itu –tulisan khot latin khas tradisi tulis orang-orang tua— sebagai berikut: “MSQ” [sandi sekaligus akronim nama beliau: Muhammad Shiddiq Qosim]. Dan ternyata, hari pengunggahan tulisan ini Kamis, 25 April 2024 –dalam penanggalan masehi—adalah lewat 2 hari dari 11 tahun lalu beliau wafat pada Selasa 23 April 2013. Tahun ini istimewa karena hari kewafatan beliau tanggal 23 April 2013 sama persis dengan tahun ini, karena tanggal 23 April 2024 juga jatuh pada hari Selasa. Dan itu pun buku peninggalannya masih menjadi peringatan pada anaknya. Yang meninggal masih mbarokahi dan ikut menjaga muthola’ahnya yang ditinggal.
Bertabarruk dan berwasilah pada Baginda Nabi Muhammad Shollallahu ‘alaihi wa aalihi wa sallam, para ulama Nahdlatul Ulama, dan tokoh-tokoh muslim di tulisan ini, mohon berkenan menghadiahkan bacaan al-Fatihah khusushon pada Bapak kami Muhammad Shiddiq Qosim dengan doa semoga Allah Subhanahu wa ta’ala berkenan mengampuni dan memaafkan semua dosa-kesalahan beliau, menerima tiap amal-ibadah beliau, menganugerahkan beliau nikmat alam barzakh, menempatkan beliau di tempat para al-Shalihin al-Muqorrobin al-Mardliyyin, memberkahi semua keturunan beliau, dan begitu juga doa yang sama untuk orang tua, leluhur, serta keluarga Panjenengan mengikuti niat para salafuna al-shalih, al-Fatihah. Matur nuwun. Wallahu a’lam bishshawab.
A’wan MWC NU Buduran | Tukang Sapu Langgar
Mahabbah gak kenal wayah
LUAR BIASA, mugi² keloberan barokahe, amiiin
Aamiin.