MATAN BUDURAN NDEREKNE JATMAN IDAROH GHUSNIYAH SIDOARJO DI PWNU JATIM DAN TV9

PWNU JATIM. Ketika Ramadlan, muncul berbagai kreatifitas umat Islam yang mengejawantahkan semangat keberislaman dalam aneka ekspresi, baik secara sosial, ekonomi, budaya, dan bahkan pada dunia media. Salah satunya adalah program Tabuh Maghrib yang diadakan TV9 Nusantara. Pada sesi hari Selasa (26/3/24) menghadirkan dua narasumber, yaitu KH. Achmad Ahid Sufiyaji al-Hafidz yang sehari-hari memimpin Badan Otonom (Banom) Jam’iyyatul Qurro’ wal Huffadz Nahdlatul Ulama (JQHNU) Jawa Timur dan Prof. Dr. KH. Ali Maschan Moesa, M.Si.

Pada kesempatan itu, Mahasiswa Ahlith Thoriqoh Al-Mu’tabaroh An-Nahdliyyah (MATAN) Buduran yang dipimpin Gus Muhammad Abdurrahman, MATAN UNUSIDA, Wanita Thoriqoh An-Nahdliyah (WATHONAH) Sidoarjo, dan Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh al-Mu’tabaroh An-Nahdliyyah (JATMAN) Ghusniyah Sidoarjo berkesempatan menjadi peserta sesi yang sengaja diadakan menjelang buka puasa tersebut. Adapun topik yang menjadi pembahasan adalah terkait dengan al-Quran. Sesi itu sendiri secara umum dibagi dua, yaitu penyampaian materi dan tanya jawab.

Pada pemaparan materinya, Kyai Ali Maschan menyampaikan pentingnya belajar dengan tuntas dan peringatan agar tidak semena-mena menggunakan kemampuan akal dalam memahami al-Quran. Jika ingin memperdalam al-Quran, haruslah berguru pada pembimbing yang tepat sebagaimana yang diajarkan oleh ulama NU, dan yang tidak kalah penting adalah memberikan ruang yang proporsional pada akal dalam memaknai dan menafsirkan al-Quran. Akal tidak boleh berdiri sendiri dalam memahami al-Quran tanpa dipandu oleh Hadits dan beragai perangkat pengetahuan lain. Beliau juga menyinggung bahwa kini muncul gejala orang yang seenaknya sendiri memaknai dan menafsirkan al-Quran, dan itu tentu sebuah kesalahan.

Selain itu, Kyai yang memimpin Pesantren Luhur Al-Husna sekaligus pernah pemimpin PWNU Jatim ini menyampaikan bahwa kebangkitan ulama juga harus diikuti dengan kebangkitan umat dalam merespon segala bentuk perkembangan zaman yang semakin komplek. Gencarnya gerakan penguatan pesantren dan organisasi NU yang dilakukan oleh para ulama, alangkah sangat elok bila diikuti dengan menguatkan semangat umat untuk bangkit mengikuti para ulamanya.

Kini bukan hanya ulama yang bangkit, tapi umatnya juga harus ikut bangkit”, ujar beliau.

Rombongan JATMAN dan MATAN dari Sidoarjo sendiri setelah acara ini berakhir didawuhi Gus Ali Fikri yang juga Mudir Imdloiyyah Ghusniyyah Sidoarjo untuk berbuka puasa di ndalemnya Nyai Hj. Nushah Ahmad di desa Prasung Buduran. Ketika menyusuri Jl. Raya Waru menuju lokasi yang diinstruksikan, rombongan MATAN Buduran yang difasilitasi dengan menggunakan mobil operasional MWCNU Buduran berdiskusi tentang beberapa hal. Di antaranya adalah tentang beberapa ancangan kegiatan yang akan dilakukan sebagai program kerja di masa berikutnya ketika organisasi ini sudah “diaktivasi” secara definitif. Rombongan tiba di ndalem Nyai Hj. Nushah Ahmad yang berada di utara masjid Baitul Muttaqin Prasung Tani ketika para jamaah shalat maghrib menyelesaikan jamaah yang sebelumnya ada pengajian yang diasuh oleh Gus Shofiurrohman. Moga Allah SWT melimpahkan berkahNya pada JATMAN dan MATAN Buduran serta kita semua. Aamiin. ©