BANJARKEMANTREN. “Ya Robbi ya ‘Aalimal haal, ilaika wajjahtu al-amaal. Famnun ‘alaina bi al-iqbaal, wa kun lana wa ashlihi al-baal”. Begitulah lirik suluk qosidah yang dibawakan munsyid ketika pelaksanaan khotmil Quran dan sholawatan pada malam 28 Ramadlan 1445 H, Ahad malam Senin (07/04/24) di musholla al-Chambali Banjarkemantren. Qosidah yang digubah oleh al-Qutb al-Da’wah wa al-Irsyad al-Habib Abdullah bin Alwi al-Haddad ini biasa dibawakan olah para Saadah ‘Alawiyah di berbagai majlis dan menjadi salah satu kebiasaan bagi mereka yang menyandarkan diri pada tarekat Alawiyah, lebih khusus lagi cabangnya yaitu tarekat Haddadiyah. Qosidah ini termaktub dalam kitab Diwan al-Imam al-Haddad yang juga masyhur disebut dengan al-Durru al-Mandhum Lidzawi al-‘Uquli wa al-Mafhum.
Malam itu di musholla yang tergolong tua di desa Banjarkemantren memang diadakan khataman al-Quran dan disambung dengan pembacaan shalawat yang dipandegani oleh para remaja. Ketika bacaan ayat-ayat al-Quran juz 30 telah usai, ustadz Antjhe al-Hafidz memimpin bacaan doa, dan disambung dengan pembacaan sholawat. Jamaah yang datang bukan hanya dari sekitar musholla al-Chambali yang berada di dusun Jambe, namun juga berasal dari dusun lain. Menjelang fasal mahallul qiyam, terlihat jamaah semakin banyak yang datang. Sedangkan para remaja itu sendiri terlihat sangat khusyu ketika mengiringi mahallul qiyam, para jamaah juga terlihat khidmat mengikuti tiap bacaan. Sesi ini ditutup dengan doa sholawat yang sebelumnya didahului dengan tawassul kepada beberapa ahli kubur.
“Marhaban ya Nurol ‘Aini, marhaban Jaddal Husaini, marhaban ahlan wa sahlan, marhaban ya Khoiro al-Dai,” begitulah bait syair yang dibawakan sang munsyid saat mahallul qiyam.
Setelah itu, terlihat 4 tumpeng sudah berada di dalam musholla dan sejurus kemudian para jamaah membentuk kelompok-kelompok lingkaran untuk menikmati tumpeng tersebut. Terlihat ketakmiran musholla al-Chambali sibuk memberikan penghormatan pada jamaah yang datang. Baskom berisi cuci tangan, aneka minuman, alas makan, dan beberapa jenis kue serta buah-buahan tampak mengalir menuju tempat para jamaah.
Tepat saat santap tumpeng berlangsung, langit menumpahkan rahmat Allah subhanahu wa ta’ala. Hujan turun mengguyur dengan deras. Bahkan setelah acara santap tumpeng tersebut usai, hujan masih deras mengguyur. Akhirnya, di antara jamaah tidak langsung pulang, tapi meneruskan ngunjuk wedang kopi sambil berbagi cerita. Setelah lewat sejam, hujan reda dan para jamaah pun pamit undur dari dari musholla yang terletak di pinggir utara jalan desa Banjarkemantren tersebut. Moga Allah subhanahu wa ta’ala mencurahkan berkahnya, aamiin. ©
A’wan MWC NU Buduran | Tukang Sapu Langgar
Mahabbah gak kenal wayah