KAJIAN KITAB JALAU AL-AFHAM SYARAH AQIDATUL AWAM: FASHAL AWAL (SIFAT WAJIB, MUSTAHIL, DAN JAIZ BAGI ALLAH SWT)

 ﷽

KAJIAN KITAB AQIDATUL AWAM (TAUHID)

 

FASHAL AWAL

(Pasal 1)

 

:قَالَ النَّاظِمُ رحِمَهُ اللهُ تَعَالىٰ

Sayid Ahmad Al-Marzuqi Al-Maliki Al-Makki rahimahullahu, berkata:

وَبَعْدُ فَاعْلَمْ بِوُجُوْبِ الْمَعْـرِفَـهْ ٥ مِنْ وَاجِـبٍ ِللهِ عِشْـرِيْنَ صِـفَهْ

فَاللهُ مَوْجُـــــوْدٌ قَــــدِيْمٌ بَاقِـي ٦ مُــخَالـِفٌ لِلْــــخَـلْقِ بِاْلإِطْلاَقِ

وَقَـــــائِمٌ غَــنِيْ وَوَاحِـــدٌ وَحَيّ ٧ قَـادِرْ مُــــرِيْـدٌ عَــــالِمٌ بِكُلِّ شَيْ

سَــــمِـيْعٌ البَصِـيْرُ وَالْمُــــــتَكَلِّـمُ ٨ لَهٗ صِــــفَاتٌ سَــــــبْعَـةٌ تَـنْـتَظِمُ

فَقُــــدْرَةٌ إِرَادَةٌ سـَمْـعٌ بـَصَــــــرْ ٩ حَـيَـاةٌ الْعِــــــلْـمُ كَلاَمٌ اسْـتَمَرْ
 

Allah itu Ada, Dahulu, Kekal, dan Berbeda dengan makhluk-Nya secara mutlak.

Berdiri sendiri, Maha Kaya, Maha Esa, Maha Hidup, Maha Kuasa, Maha Berkehendak, Maha Mengetahui atas segala sesuatu.

Maha Mendengar, Maha Melihat, Maha Berbicara, Alloh mempunyai 7 sifat yang tersusun.

yaitu Berkuasa, Berkehendak, Mendengar, Melihat, Hidup, Mempunyai Ilmu, Berbicara secara terus berlangsung.

 

Mufradat:

وَبَعْدُ             : yakni, setelah membaca basmalah, hamdalah, shalawat, dan salam.

بِوُجُوْبِ الْمَعْـرِفَـهْ : arti sebenarnya kata “makrifat”; yaitu keyakinan yang sesuai dengan kebenaran berdasarkan dalil bukan taklid, karena dilarangnya taklid dalam hal aqidah bagi orang yang mampu bernalar dan berpikir.

بِاْلإِطْلاَقِ         : yakni, tanpa dibatasi sebagian segi, dalam arti, Allah ﷻ berbeda dengan makhluk dalam semua segi.

*Penjelasan:

Wajib bagi setiap mukallaf (orang yang sudah baligh dan berakal sehat) mengetahui sifat-sifat wajib bagi Allah ﷻ. “Wajib” adalah sesuatu yang tidak tergambarkan oleh akal ketiadaannya. “Mustahil” adalah sesuatu yang tidak tergambarkan oleh akal adanya. “Jaiz” adalah sesuatu yang sah menurut akal pikiran adanya atau tidak adanya.

Wajib juga bagi setiap mukallaf mengetahui sifat-sifat Wajib, Mustahil, dan Jaiz bagi para Rasul alaihimusshalatu wassalamu.

Penyusun nadzam (nadzim) memulai bait nadzam dari beberapa bait nadzam diatas dengan menyebut sifat-sifat wajib bagi Allah ﷻ:

  1. Wujud: Allah ﷻ Ada, dengan arti tetap dan nyatanya sesuatu wajib bagi Dzat Allah ﷻ, bukan karena yang lain, yakni selain Allah ﷻ tidak mempengaruhi wujudnya Allah ﷻ. Adapun wujud yang bukan dengan sendirinya (wujud ghairu dzati) seperti keberadaan kita, itu disebabkan perbuatan Allah ﷻ. Sebagai dalil adanya Allah ﷻ adalah adanya semua makhluk ini, jika tidak ada Allah ﷻ, maka tidak akan pernah ada makhluk apa pun. Firman Allah ﷻ:

قال تعالى: إِنَّنِيْ أَنَا اللهُ لَآ إِله إِلَّآ أَنَا فَاعْبُدْنِيْ (سورة طه الاية : ١٤)

Artinya: Sesungguhnya Aku adalah Allah, tidak ada tuhan selain Aku. Maka, sembahlah Aku dan tegakkanlah salat untuk mengingat-Ku. (QS. Thaha : 14)

وقال تعالى: أَوَلَمْ يَـَتَفَكَّرُوْا فِيْٓ أَنْفُسِهِمْ مَّا خَلَقَ اللهُ السَّمٰوَاتِ والْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَآ إِلَّا بِالْحَقِّ وَأَجَلٍ مُسَمَّى وَإِنَّ كَثِيْرًا مِنَ النَّاسِ بِلِقَآئِ رَبِّهِمْ لَكٰفِرُوْنَ (سورة الروم الاية : ٨)

Artinya: Apakah mereka tidak berpikir tentang (kejadian) dirinya? Allah tidak menciptakan langit, bumi, dan apa yang ada di antara keduanya, kecuali dengan benar dan waktu yang ditentukan. Sesungguhnya banyak di antara manusia benar-benar mengingkari pertemuan dengan Tuhannya. (QS. Al-Rum : 8)

 

Seorang arab primitif ( أَعْرَاِبّي ) ditanya tentang dalil adanya Allah ﷻ, maka ia berkata: kotoran onta menunjukkan adanya onta, kotoran keledai menunjukkan adanya keledai, jejak kaki menunjukkan adanya pejalan kaki.

Maka langit penuh bintang-bintang, bumi diliputi lembah-lembah, dan laut yang penuh dengan ombak, apakah itu semua tidak menunjukkan pada Dzat pencipta yang Maha Bijaksana, Maha Kuasa, dan Maha Mengetahui?.

  1. Qidam: Allah ﷻ Maha Dahulu, tidak adanya permulaan bagi adanya Allah ﷻ. Dalam artian bahwa Allah ﷻ itu tidak memiliki permulaan untuk keberadaan-Nya. Karena Allah ﷻ adalah sumber segala yang ada, pencipta semua yang ada, maka pastilah Allah ﷻ lebih dahulu daripada semua, dan tidak ada sesuatu pun yang mendahului Allah ﷻ. Firman Allah ﷻ:

قال تعالى: هُوَ الْاَوَّلُ وَ الْاٰخِرُ وَالظّٰاهِرُ وَالْبَاطِنُ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْئٍ عَلِيْمٌ (سورة الحديد الاية : ٣)

Artinya: Dialah Yang Maha awal, Maha akhir, Maha Zahir, dan Maha batin. Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS. Al-Hadid : 3)

 

  1. Baqa’: Allah ﷻ Maha Kekal, tidak ada batas akhir bagi wujud Allah ﷻ, yakni bahwa Allah ﷻ abadi keberadaannya tanpa batas, kekal tanpa ada batas akhir. Firman Allah ﷻ:

قال تعالى: كُلُّ مَنْ عَلَيْهَا فَانٍ ٢٦ وَيَبْقٰى وَجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلَالِ والْإِكْرَامِ ٢٧ (سورة الرحمن الاية : ۲٦-۲٧)

Artinya: Semua yang ada di bumi itu akan binasa, tetapi wajah Tuhanmu yang memiliki kebesaran dan kemuliaan tetap kekal. (QS. Ar-Rahman : 26-27)

  1. Mukhlafatuhu Ta’la Lilhawadits: Allah ﷻ Maha Berbeda dengan hal-hal yang baru, tidak ada sesuatu dari hal-hal baru yang menyamai Allah ﷻ. Firman Allah ﷻ:

قال تعالى: لَيْسَ كَمِثْلِهٖ شَيْءٌۚ وَهُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ (سورة الشورى الاية : ١١)

Artinya: Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan-Nya. Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (QS. As-Syura : 11)

 قال تعالى: وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ (سورة الاخلاص الاية : ٤)

Artinya: serta tidak ada sesuatu pun yang setara dengan-Nya. (QS. Al-Ikhlas : 4)

 

  1. Qiyamuhu binafsihi: Allah ﷻ Maha Tidak butuh tempat untuk bertempat dan pencipta untuk keberadaan-Nya. Allah ﷻ tidak butuh kepada selain diri-Nya. Firman Allah ﷻ:

قال تعالى: وَعَنَتِ الْوُجُوْهُ لِلْحَيِّ الْقَيُّوْمِۗ وَقَدْ خَابَ مَنْ حَمَلَ ظُلْمًا (سورة طه الاية : ١١١)

Artinya: Semua wajah tertunduk di hadapan (Allah) Yang Maha hidup lagi Maha Mengurus. Sungguh rugi orang yang membawa kezaliman. (QS. Thaha : 111)

 

قال تعالى: يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اَنْتُمُ الْفُقَرَاۤءُ اِلَى اللّٰهِۚ وَاللّٰهُ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيْدُ (سورة فاطر الاية : ١٥)

Artinya: Wahai manusia, kamulah yang memerlukan Allah. Hanya Allah Yang Maha kaya lagi Maha Terpuji. (QS. Fathir : 15)

قال تعالى: اِنَّ اللّٰهَ لَغَنِيٌّ عَنِ الْعٰلَمِيْنَ (سورة العنكبوت الاية : ٦)

Artinya: Sesungguhnya Allah benar-benar Maha kaya (tidak memerlukan suatu apa pun) dari alam semesta. (QS. Al-‘Ankabut : 6)

 

  1. Wahdaniyah: Allah ﷻ Maha Esa, Allah ﷻ Maha tidak berbilang dalam Dzat, Sifat, dan Perbuatan-Nya. Makna dari satu Dzat-Nya adalah tidak tersusun dari bagian-bagian, dan dzat makhluk tidak sama dengan Dzat Allah ﷻ. Makna dari satu sifat-Nya adalah tidak sesuatu pun memiliki sifat seperti sifat Allah ﷻ. Makna dari satu perbuatan-Nya adalah tidak ada satu pun selain Allah ﷻ dapat berbuat seperti perbuatan Allah ﷻ; Allah ﷻ Dzat pencipta segala sesuatu dan Dzat pencipta tanpa contoh segala sesuatu, dan Allah ﷻ dengan sendiri-Nya mewujudkan dan menciptakan tanpa contoh. Firman Allah ﷻ:

قال تعالى: سُبْحٰنَهٗۗ هُوَ اللّٰهُ الْوَاحِدُ الْقَهَّارُ (سورة الزمر الاية : ٤)

Artinya: Mahasuci Dia. Dialah Allah Yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan.. (QS. Al-Zumar : 4)

قال تعالى: وَاِلٰهُكُمْ اِلٰهٌ وَّاحِدٌۚ لَآاِلٰهَ اِلَّا هُوَ الرَّحْمٰنُ الرَّحِيْمُ (سورة البقرة الاية : ١٦٣)

Artinya: Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa. Tidak ada tuhan selain Dia Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. (QS. Al-‘Ankabut : 163)

قال تعالى: قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌ  (سورة الاخلاص الاية : ١)

Artinya: Katakanlah (Nabi Muhammad), “Dialah Allah Yang Maha Esa. (QS. Al-‘Ikhlas : 1)

قال تعالى: لَوْ كَانَ فِيْهِمَآ اٰلِهَةٌ اِلَّا اللّٰهُ لَفَسَدَتَا (سورة الانبياء الاية : ۲۲)

Artinya: Seandainya pada keduanya (langit dan bumi) ada tuhan-tuhan selain Allah, tentu keduanya telah binasa. (QS. Al-Anbiya’ : 22)

قال تعالى: مَا اتَّخَذَ اللّٰهُ مِنْ وَّلَدٍ وَّمَا كَانَ مَعَهٗ مِنْ اِلٰهٍ اِذًا لَّذَهَبَ كُلُّ اِلٰهٍ ۢ بِمَا خَلَقَ وَلَعَلَا بَعْضُهُمْ عَلٰى بَعْضٍۗ سُبْحٰنَ اللّٰهِ عَمَّا يَصِفُوْنَۙ (سورة المؤمنون الاية : ٩١)

Artinya: Allah tidak mengangkat anak dan tidak ada tuhan (yang lain) bersama-Nya. Jika demikian, niscaya setiap tuhan itu akan membawa apa (makhluk) yang diciptakannya dan sebagian dari tuhan-tuhan itu akan mengalahkan sebagian yang lain. Mahasuci Allah dari apa yang mereka sifatkan itu, (QS. Al-Mukminun : 91)

قال تعالى: قُلْ لَّوْ كَانَ مَعَهٗٓ اٰلِهَةٌ كَمَا يَقُوْلُوْنَ اِذًا لَّابْتَغَوْا اِلٰى ذِى الْعَرْشِ سَبِيْلًا. سُبْحٰنَهٗ وَتَعٰلٰى عَمَّا يَقُوْلُوْنَ عُلُوًّا كَبِيْرًا (سورة الاسراء الاية : ٤۲-٤٣)

Artinya: Katakanlah (Nabi Muhammad), “Seandainya ada tuhan-tuhan (lain) di samping-Nya, sebagaimana yang mereka katakan, niscaya tuhan-tuhan itu mencari jalan kepada (Tuhan) Pemilik ʻArasy (untuk mengalahkan atau menyaingi-Nya). Mahasuci dan Maha tinggi Dia dari apa yang mereka katakan dengan ketinggian yang agung. (QS. Al-Isra’ : 42-43)

  1. Qudrah: Allah ﷻ Maha Kuasa adalah sifat Allah ﷻ yang dahulu (tanpa permulaan), melekat pada Dzat Allah ﷻ, dengan sifat tersebut Allah ﷻ mewujudkan sesuatu dan meniadakannya. Firman Allah ﷻ:

قال تعالى:  اِنَّ اللّٰهَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ (سورة النور الاية : ٤٥)

Artinya: Sesungguhnya Allah Mahakuasa atas segala sesuatu. (QS. An-Nur : 45)

قال تعالى: وَمَا كَانَ اللّٰهُ لِيُعْجِزَهٗ مِنْ شَيْءٍ فِى السَّمٰوٰتِ وَلَا فِى الْاَرْضِۗ اِنَّهٗ كَانَ عَلِيْمًا قَدِيْرًا (سورة فاطر الاية : ٤٤)

Artinya: Tidak ada sesuatu pun yang dapat melemahkan Allah, baik di langit maupun di bumi. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Mahakuasa. (QS. Fathir : 44)

  1. Iradah: Allah ﷻ Maha Berkehendak adalah sifat Allah ﷻ yang dahulu (tanpa permulaan), melekat pada Dzat Allah ﷻ, dengan sifat tersebut Allah ﷻ mengkhususkan hal yang mungkin dengan sebagian kewenangan untuk-Nya. Bahwa Allah ﷻ memperlakukan alam ini sesuai dengan kehendak dan kebijaksanaan-Nya. Allah ﷻ menjadikan seseorang dengan postur tubuh yang tinggi atau pendek, tampan atau jelek, sebagai orang yang alim atau bodoh, dan bertempat tinggal di sebuah tempat atau tempat lainnya. Firman Allah ﷻ:

 

قال تعالى: اِنَّمَا قَوْلُنَا لِشَيْءٍ اِذَآ اَرَدْنٰهُ اَنْ نَّقُوْلَ لَهٗ كُنْ فَيَكُوْنُ (سورة النحل الاية : ٤٠)

Artinya: Sesungguhnya firman Kami terhadap sesuatu apabila Kami menghendakinya, hanya (dengan) berfirman kepadanya, “Jadilah!” Maka, jadilah sesuatu itu. (QS. An-Nahl : 40)

قال تعالى: وَرَبُّكَ يَخْلُقُ مَا يَشَاۤءُ وَيَخْتَارُۗ مَا كَانَ لَهُمُ الْخِيَرَةُۗ سُبْحٰنَ اللّٰهِ وَتَعٰلٰى عَمَّا يُشْرِكُوْنَ (سورة القصص الاية : ٦٨)

Artinya: Tuhanmu menciptakan dan memilih apa yang Dia kehendaki. Sekali-kali tidak ada pilihan bagi mereka. Mahasuci Allah dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan. (QS. Al-Qashas : 68)

قال تعالى: قُلِ اللّٰهُمَّ مٰلِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِى الْمُلْكَ مَنْ تَشَاۤءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاۤءُۖ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاۤءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاۤءُۗ بِيَدِكَ الْخَيْرُۗ اِنَّكَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ (سورة ال عمران الاية : ۲٦)

Artinya: Katakanlah (Nabi Muhammad), “Wahai Allah, Pemilik kekuasaan, Engkau berikan kekuasaan kepada siapa pun yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kekuasaan dari siapa yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan siapa yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan siapa yang Engkau kehendaki. Di tangan-Mulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu. (QS. Ali ‘Imran : 26)

قال تعالى: لِلّٰهِ مُلْكُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ يَخْلُقُ مَا يَشَاۤءُۗ يَهَبُ لِمَنْ يَّشَاۤءُ اِنَاثًا وَّيَهَبُ لِمَنْ يَّشَاۤءُ الذُّكُوْرَۙ. اَوْ يُزَوِّجُهُمْ ذُكْرَانًا وَّاِنَاثًاۚ وَيَجْعَلُ مَنْ يَّشَاۤءُ عَقِيْمًاۗ اِنَّهٗ عَلِيْمٌ قَدِيْرٌ (سورة الشورى الاية : ٤٩-٥٠)

Artinya: Milik Allahlah kerajaan langit dan bumi. Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki, memberikan anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki, memberikan anak laki-laki kepada siapa yang Dia kehendaki, atau Dia menganugerahkan (keturunan) laki-laki dan perempuan, serta menjadikan mandul siapa saja yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Mahakuasa. (QS. Fathir : 49-50)

  1. ‘Ilmu: Allah ﷻ Maha Mengetahui adalah sifat yang dahulu tanpa ada permulaan (qadimah) yang melekat pada Dzat Allah ﷻ, dengan sifat itu Allah ﷻ mengetahui segala sesuatu. Firman Allah ﷻ:

قال تعالى: اِنَّ اللّٰهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ (سورة المجادلة الاية : ٧)

Artinya: Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS. Al-Mujadilah : 7)

قال تعالى: وَّاَنَّ اللّٰهَ قَدْ اَحَاطَ بِكُلِّ شَيْءٍ عِلْمًا (سورة الطلاق الاية : ١۲)

Artinya: dan ilmu Allah benar-benar meliputi segala sesuatu. (QS. At-Thalaq : 12)

قال تعالى: وَعِنْدَهٗ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لَا يَعْلَمُهَآ اِلَّا هُوَۗ وَيَعْلَمُ مَا فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِۗ وَمَا تَسْقُطُ مِنْ وَّرَقَةٍ اِلَّا يَعْلَمُهَا وَلَا حَبَّةٍ فِيْ ظُلُمٰتِ الْاَرْضِ وَلَا رَطْبٍ وَّلَا يَابِسٍ اِلَّا فِيْ كِتٰبٍ مُّبِيْنٍ (سورة الانعام الاية : ٥٩)

Artinya: Kunci-kunci semua yang gaib ada pada-Nya; tidak ada yang mengetahuinya selain Dia. Dia mengetahui apa yang ada di darat dan di laut. Tidak ada sehelai daun pun yang gugur yang tidak diketahui-Nya. Tidak ada sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak pula sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan (tertulis) dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuz). (QS. Al-An’am : 59)

قال تعالى: وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْاِنْسَانَ وَنَعْلَمُ مَا تُوَسْوِسُ بِهٖ نَفْسُهٗ وَنَحْنُ اَقْرَبُ اِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيْدِ (سورة قٓ الاية : ١٦)

Artinya: Sungguh, Kami benar-benar telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh dirinya. Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya. (QS. Qaf : 16)

  1. Hayah: Allah ﷻ Maha Hidup adalah sifat yang dahulu tanpa ada permulaan (qadimah) yang melekat pada Dzat Allah ﷻ, yang membenarkan-Nya memiliki sifat Qudrah (Kuasa), Iradah (Berkehendak), ‘Ilmu (Mengetahui), Hayah (Hidup), Sama’ (Mendengar), Bashar (Melihat), dan Kalam (Berbicara). Tanpa sifat Hayah (Hidup) Allah tidak dapat sifat-sifat tersebut. Firman Allah ﷻ:

قال تعالى: وَتَوَكَّلْ عَلَى الْحَيِّ الَّذِيْ لَا يَمُوْتُ وَسَبِّحْ بِحَمْدِهٖۗ وَكَفٰى بِهٖ بِذُنُوْبِ عِبَادِهٖ خَبِيْرًا (سورة الفرقان الاية : ٥٨)

Artinya: Bertawakallah kepada (Allah) Yang Mahahidup yang tidak mati dan bertasbihlah dengan memuji-Nya. Cukuplah Dia Maha Mengetahui dosa hamba-hamba-Nya. (QS. Al-Furqan : 58)

قال تعالى: هُوَ الْحَيُّ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ فَادْعُوْهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَۗ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ (سورة غافرالاية : ٦٥)

Artinya: Dialah yang hidup kekal, tidak ada tuhan selain Dia, maka berdoalah kepada-Nya dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. (QS. Ghafir : 65)

قال تعالى: وَعَنَتِ الْوُجُوْهُ لِلْحَيِّ الْقَيُّوْمِۗ وَقَدْ خَابَ مَنْ حَمَلَ ظُلْمًا (سورة طه الاية : ١١١)

Artinya: Sungguh, Kami benar-benar telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh dirinya. Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya. (QS. Thaha : 111)

 

  1. Sama’: Allah ﷻ Maha Mendengar.
  2. Bashar: Allah ﷻ Maha Melihat, keduanya adalah sifat yang qadimah (dahulu tanpa permulaan) dengan kedua sifat itu mengungkap segala yang ada, Allah ﷻ Dzat Yang Maha Mendengar, mendengar segala sesuatu bahkan Allah ﷻ gemeresiknya semut hitam yang melata diatas batu yang halus di kegelapan malam dan Allah ﷻ Maha Melihat, melihat segala sesuatu dengan pandangan yang sempurna meliputi seluruh obyek yang dipandang. Firman Allah ﷻ:

قال تعالى: قَدْ سَمِعَ اللّٰهُ قَوْلَ الَّتِيْ تُجَادِلُكَ فِيْ زَوْجِهَا وَتَشْتَكِيْٓ اِلَى اللّٰهِۖ وَاللّٰهُ يَسْمَعُ تَحَاوُرَكُمَاۗ اِنَّ اللّٰهَ سَمِيْعٌۢ بَصِيْرٌ (سورة المجادلة الاية : ١)

Artinya: Sungguh, Allah telah mendengar ucapan wanita yang mengajukan gugatan kepadamu (Nabi Muhammad) tentang suaminya dan mengadukan kepada Allah, padahal Allah mendengar percakapan kamu berdua. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (QS. Al-Mujadilah : 1)

قال تعالى: اِذْهَبَآ اِلٰى فِرْعَوْنَ اِنَّهٗ طَغٰىۚ۝ فَقُوْلَا لَهٗ قَوْلًا لَّيِّنًا لَّعَلَّهٗ يَتَذَكَّرُ اَوْ يَخْشٰى۝ قَالَا رَبَّنَآ اِنَّنَا نَخَافُ اَنْ يَّفْرُطَ عَلَيْنَآ اَوْ اَنْ يَّطْغٰى۝ قَالَ لَا تَخَافَآ اِنَّنِيْ مَعَكُمَآ اَسْمَعُ وَاَرٰى ۝ (سورة طه الاية : ٤٣-٤٦)

Artinya: Pergilah kamu berdua kepada Fir‘aun! Sesungguhnya dia telah melampaui batas. Berbicaralah kamu berdua kepadanya (Fir‘aun) dengan perkataan yang lemah lembut, mudah-mudahan dia sadar atau takut.” Keduanya berkata, “Wahai Tuhan kami, sesungguhnya kami khawatir dia akan segera menyiksa kami atau akan makin melampaui batas.” Dia (Allah) berfirman, “Janganlah kamu berdua khawatir! Sesungguhnya Aku bersama kamu berdua. Aku mendengar dan melihat. (QS. Thaha : 43-46)

  1. Kalam: Allah ﷻ Maha Berbicara adalah sifat yang dahulu tanpa permulaan (qadimah) melekat pada Dzat Allah ﷻ, tidak berbentuk huruf maupun suara yang menunjukkan segala hal yang diketahui. Firman Allah ﷻ:

قال تعالى: وَكَلَّمَ اللّٰهُ مُوْسٰى تَكْلِيْمًا (سورة النساء الاية : ١٦٤)

Artinya: Allah telah benar-benar berbicara kepada Musa (secara langsung). (QS. An-Nisa’ : 164)

قال تعالى: وَلَمَّا جَاۤءَ مُوْسٰى لِمِيْقَاتِنَا وَكَلَّمَهٗ رَبُّهٗ (سورة الاعراف الاية : ١٤٣)

Artinya: Ketika Musa datang untuk (bermunajat) pada waktu yang telah Kami tentukan (selama empat puluh hari) dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya,  (QS. Al-A’raf : 143)

قال تعالى: وَمَا كَانَ لِبَشَرٍ اَنْ يُّكَلِّمَهُ اللّٰهُ اِلَّا وَحْيًا (سورة الشورى الاية : ٥١)

Artinya: Tidak mungkin bagi seorang manusia untuk diajak berbicara langsung oleh Allah, kecuali dengan (perantaraan) wahyu, (QS. As-Syura : 51)

Jika Allah ﷻ wajib memiliki sifat Qudrah (Kuasa), Iradah (Berkehendak), ‘Ilmu (Mengetahui), Hayah (Hidup), Sama’ (Mendengar), Bashar (Melihat), dan Kalam (Berbicara) maka secara otomatis wajib memiliki sifat-sifat kemudian:

  1. Kaunuhu Qadiran: adanya Allah ﷻ Dzat Yang Maha Kuasa.
  2. Kaunuhu Muridan: adanya Allah ﷻ Dzat Yang Maha Berkehendak.
  3. Kaunuhu ‘Aliman: adanya Allah ﷻ Dzat Yang Maha Mengetahui.
  4. Kaunuhu Hayyan: adanya Allah ﷻ Dzat Yang Maha Hidup.
  5. Kaunuhu Sami’an: adanya Allah ﷻ Dzat Yang Maha Mendengar.
  6. Kaunuhu Bashiran: adanya Allah ﷻ Dzat Yang Maha Melihat.
  7. Kaunuhu Mutakalliman: adanya Allah ﷻ Dzat Yang Maha Berbicara.

Kedua puluh sifat ini dibagi menjadi empat bagian:

  • Sfat Nafsiyah: Sifat yang dikaitan kepada Nafs (dzat/diri). Yang dimaksud dengan sifat Nafsiyah adalah: sifat yang tidak logis apabila ada dzat yang terlepas dari sifat tersebut. Sifat Nafsiyah hanya satu, yaitu: Wujud (ada).
  • Sifat Salbiyah: sifat yang dikaitkan kepada Salb/Nafi (peniadaan sesuatu). Dinamakan demikian karena sifat tersebut dapat menafikan atau membantah segala sifat yang tidak layak untuk kebesaran dan keagungan Allah ﷻ. Sifat Salbiyah ada 5, yaitu: Qidam (ada tanpa ada permulaannya), Baqa’ (Kekal), Mukhalafah Lilhawadits (Berbeda dari segala yang baru/makhluk), Qyamuhu binafsih (Berdiri sendiri), dan Wahdaniyyah (Tunggal).
  • Sifat Ma’ani: Dinamakan demikian karena sifat tersebut menetapkan untuk Allah ﷻ beberapa makna (sifat) wujudiyah (keberadaan) yang ada pada Dzat Allah ﷻ dan layak untuk kesempurnaan-Nya. Sifat ma’ani ada 7, yaitu: Qudrah (Kuasa), Iradah (Berkehendak), ‘Ilmu (Mengetahui), Hayah (Hidup), Sama’ (Mendengar), Bashar (Melihat), dan Kalam (Berbicara).
  • Sifat Maknawiyah: Sifat yang dikaitkan dengan 7 sifat ma’ani di atas dan merupakan cabang dari 7 sifat tersebut. Dinamakan demikian karena sifat-sifat itu selalu berkaitan dan tidak lepas dari makna-makna (sifat). Sifat-sifat maknawiyah itu adalah keadaan Allah ﷻ itu: Qaadir (Allah ﷻ Dzat Yang Maha Kuasa), Muriid (Allah ﷻ Dzat Yang Maha Berkehendak), ‘Aalim (Allah ﷻ Dzat Yang Maha Mengetahui), Hayy  (Allah ﷻ Dzat Yang Maha Hidup), Samii’ (Allah ﷻ Dzat Yang Maha Mendengar), Bashiir (Allah ﷻ Dzat Yang Maha Melihat), dan Mutakallim (Allah ﷻ Dzat Yang Maha Berbicara).

Adapun hikmah dari penyebutan sifat-sifat ma’nawiyah meskipun sifat-sifat tersebut sudah termasuk dalam sifat-sifat ma’ani adalah sebagai berikut:

  1. Menyebutkan akidah secara terperinci. Karena bahaya yang ditimbulkan dari ketidaktahuan dalam hal akidah besar sekali.
  2. Membantah golongan Mu’tazilah yang mengingkari adanya sifat ma’ani, mereka mengatakan: Allah ﷻ itu Maha Kuasa dengan sendiri-Nya, juga Maha Berkehendak dengan sendiri-Nya, tanpa memerlukan kepada sifat Qudrah (Kuasa) maupun Iradah (Berkehendak). Begitulah pandangan mereka pada sifat-sifat yang selanjutnya. Mereka berasumsi bahwa dengan demikian mereka telah menyucikan Allah ﷻ. Mereka berargumen: “Jika kita menyifati Allah ﷻ dengan sifat-sifat ini (ma’ani) maka ada dua kemungkinan yang terjadi, adakalanya sifat-sifat ini haditsah (baru) dan adakalanya qadimah (dahulu).” Jika sifat-sifat ini haditsah (baru), mustahil bagi Allah ﷻ atau qadimah (dahulu), maka akan ada Qadim lebih dari satu yang menafikan sifat Wahdaniyah (Tunggal).

Bantahan untuk pandangan Muktazilah: bahwa sifat-sifat ini (ma’ani) tidak menyendiri dari Dzat Allah ﷻ, tetapi mengikuti Dzat Allah ﷻ, sifat-sifat ini bersifat wujudiyah (ada) melekat pada Dzat Allah ﷻ.

 

۩ والله أعلم ۩

 

Dialih bahasakan dari kitab: Jala’ul Afham syarah Aqidatul Awam

Karya: Prof. DR. As-Sayyid Muhammad bin Alwi Al-Maliki Al-Hasani

Oleh: Muhammad Mahrus (ketua MWCNU Buduran)