KAJIAN KITAB JALA-U AL-AFHAM SYARAH AQIDATUL AWAM: MUKADDIMAH

 ﷽.

KAJIAN KITAB AQIDATUL AWAM (TAUHID)

 

MUKADDIMAH

(Pendahuluan)

 

:قَالَ النَّاظِمُ رَحِمَهُ اللهُ تَعَالَى

Sayid Ahmad Al-Marzuqi Al-Maliki Al-Makki rahimahullah, berkata:

أَبْـدَأُ بِـاسْــمِ اللهِ وَالرَّحْـــــمٰنِ ١ وَبِالرَّحِــيْـمِ دَآئـِـــمِ اْلإِحْـــــسَانِ

Saya memulai dengan nama Allah , Dzat yang maha Pengasih, dan Maha Penyayang yang senatiasa memberikan kenikmatan tiada putusnya

Mufradat:

اللهُ               : nama bagi Dzat yang wajib adanya, yang disembah dengan sebenarnya

الرَّحْـمٰنِ       : Allah ﷻ Dzat pemberi nikmat-nikmat yang besar, yakni nikmat-nikmat yang dasar, seperti nikmat iman, sehat, rizki, pendengaran, penglihatan dll.

الرَّحِــيْـمِ         : Allah ﷻ Dzat pemberi nikmat-nikmat yang kecil, yakni nikmat-nikmat yang bersifat tambahan, seperti tambahnya keimanan, sempurnanya nikmat, kelapangan Rizki, kecerdasan akal, ketajaman pendengaran dan penglihatan serta yang lainnya.

دَآئـِمِ اْلإِحْسَانِ : yang senantiasa memberi nikmat tanpa henti.

*Penjelasan:

Saya memulai nadzaman ini (Aqidatul Awam) dengan membaca basmalah memohon pertolongan kepada Allah yang rahmat-Nya mencakup segala sesuatu, pemberian nikmatnya tanpa terputus dan terhenti.

  1. Karena mengikuti Al-Qur’an dari segi urutan bukan turunnya.
  2. Karena mengamalkan hadis Nabi Muhammad ﷺ Artinya: segala sesuatu kebaikan yang tidak dimulai dengan membaca “bismillahirrahmanirrahim” itu karang kebaikan dan keberkahannya. (hadis diriwayatkan oleh Khatib dari Abi Hurairah t berupa hadis marfu’)
  3. Mengikuti Nabi Muhammad ﷺ Beliau selalu mengawali surat-Nya dengan “bismillahirrahmanirrahim”, sebagaimana surat yang dikirim kepada raja Hirqal dan yang lainnya.

 

:قَالَ النَّاظِمُ رَحِمَهُ اللهُ تَعَالَى

Sayid Ahmad Al-Marzuqi Al-Maliki Al-Makki rahimahullah, berkata:

فَالْحَــــمْـدُ ِللهِ الْـــــقَدِيْمِ اْلأَوَّلِ ٢ اَلْاٰ خِـــــرِ الْــــبَـاقـِيْ بِلاَ تَحَــوُّلِ

Maka segala puji bagi Allah Yang Maha Dahulu, Yang Maha Awal, Yang Maha Akhir, Yang Maha Tetap tanpa ada perubahan

Mufradat:

الْحَــــمْـدُ (Puji) menurut bahasa adalah sanjungan dengan lisan kepada keindahan secara bebas, disertai tujuan menghormati dan mengagungkan, baik dalam kondisi menimpali (menimpali) nikmat maupun tidak.

الْحَــــمْـدُ     : menurut istilah syarak adalah perbuatan yang tumbuh karena mengagungkan sang pemberi nikmat dengan keadaannya sebagai pemberi nikmat meskipun kepada selain orang yang memuji, baik pujian itu diungkapkan dengan lisan atau rasa cinta di hati maupun dengan anggota tubuh.

الْـــقَدِيْمِ    : Allah ﷻ adalah Dzat yang wujud tanpa permulaan dan Dia adalah Dzat yang wujud tidak akan pernah sirna.

اْلأَوَّلِ      : wujud Allah ﷻ sebelum segala sesuatu tanpa permulaan.

اَلْاٰ خِـــرِ   : wujud Allah ﷻ setelah segala sesuatu tanpa batas akhir.

الْــــبَـاقِـِي   : Allah ﷻ Baqi tidak akan pernah sirna.

بِلاَ تَحَــوُّلِ : tidak berubah, merupakan tafsir untuk lafaz الْبَاقِـِي

*Penjelasan:

Saya juga memulai menyusun nadzaman ini sebagai tambahan memuji kepada Allah  ﷻ, yakni memuji kepada Allah ﷻ yang Maha Dahulu, Maha Awal, Maha Akhir, dan Maha Kekal dengan lisan disertai mengagungkan dan meyakini bahwa segala puji tetap hanya milik-Nya.

Pertama, karena mengamalkan sabda Nabi Muhammad ﷺ yang artinya: “setiap perkara penting  yang tidak dimulai dengan membaca “bismillahirrahmanirrahim” perkara tersebut terputus. (HR. Abu Dawud dan lainnya, dikatakan Hadis hasan oleh Ibnu Shalah)

Kedua, memberikan hak sesuatu yang wajib syukur atasnya berupa beberapa nikmat dari padanya dapat tersusunnya nadzaman ini.

 

:قَالَ النَّاظِمُ رَحِمَهُ اللهُ تَعَالَى

Sayid Ahmad Al-Marzuqi Al-Maliki Al-Makki rahimahullah, berkata:

ثُمَّ الـصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ سَـــرْمَدَا ٣ عَلَى الـنَّـبِيِّ خَيْرِ مَنْ قَدْ وَحَّدَا

وَاٰلِـهٖ وَصَــــحْبِهٖ وَمَـنْ تَـــــبِـعْ ٤ سَبِيْلَ دِيْنِ الْحَقِّ غَيْرَ مُـبْـتَدِعْ

Kemudian, semoga Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan pada Nabi sebaik-baiknya orang yang meng-Esakan Allah

Dan keluarganya, para sahabatnya dan orang-orang yang mengikuti jalan agama secara benar, bukan orang-orang yang berbuat bid’ah

 

Mufradat:

الـصَّلاَةُ    : menurut bahasa: doa kebaikan, jika kepada Allah berarti pemberian tambahnya nikmat yang disertai dengan memuji dan mengagungkan. Telah diriwayatkan Ibnu Abbas : “sesungguhnya shalawat dari Allah disebut rahmat, dari hamba disebut doa, dan dari malaikat disebut istighfar.”

السَّلاَمُ    : penghormatan yang bagi Muhammad ﷺ

سَـــرْمَدَا   : terus menerus

الـنَّـبِيِّ      : yang diketahui secara mutlak adalah Nabi kita Muhammad ﷺ

الـنَّـبِيِّ      : mempunyai dua pengertian, umum dan khas

Pengertian umum Nabi adalah “manusia laki-laki merdeka yang diberi wahyu berupa syara’ diperintahkan untuk menyampaikan atau tidak, apabila diperintahkan untuk menyampaikannya maka disebut rasul“. Nabi lebih umum daripada rasul.

Pengertian khusus Nabi adalah “manusia laki-laki merdeka yang diberi wahyu berupa syari’ at untuk diamalkan oleh dirinya sendiri, sedangkan rasul manusia laki-laki merdeka yang diberi wahyu berupa syari’at untuk disampaikan kepada lainnya”. Rasul hanya oarang laki-laki, sebagaimana firman Allah ﷻ:

وَمَآ أَرْسَلْنَا قَبْلَكَ إِلاَّ رِجَالاً نُوْحِيٓ إِلَيْهِمْ (سورة الانبِياء : ٧)

Artinya: Dan kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka

الـنَّـبِيِّ      : mempunyai dua versi bacaan:

  1. Ditasydid huruf “Ya’” ( نَبِيٌّ ) diambil dari kata ( النُبُوَّة ) artinya tempat yang tinggi, disebut Nabi karena Nabi orang yang derajatnya tinggi, atau orang yang yang meninggikan pengikutnya.
  2. Memakai huruf “hamzah” ( نَبِئٌ )  diambil kata ( النَبَاء )  artinya berita, karena adalah orang yang diberi beri atau orang yang memberi berita dari Allah ﷻ

خَيْرِ مَنْ قَدْ وَحَّدَا : lebih utamanya orang-orang yang meng-Esakan Allah ﷻ

وَاٰلِهٖ        : dan keluarga Nabi Muhammad ﷺ, yang dimaksud keluarga Nabi Muhammad ﷺ dilihat dari sudut pandang doa adalah semua orang mukmin yang bertakwa, sebagaimana dalam hadis yang diriwayatkan dari Sahabat Anas bin Malik t berkata, Rasulullah ﷺ ditanya: siapakah keluarga Nabi Muhammad ﷺ? Maka Rasulullah ﷺ bersabda: “keluarga Muhammad ﷺ adalah semua orang yang bertaqwa” (HR. Al-Thabrani di dalam kitab Mu’jam Al-Ausath)

Sedangkan yang dimaksud keluarga Nabi Muhammad ﷺ dalam sudut pandang zakat, mereka  adalah Bani Hasyim saja, menurut Imam Syafi’i, keluarga Nabi Muhammad ﷺ adalah Bani Hasyim dan Bani Muthalib.

وَصَــــحْبِهٖ  : adalah isim jama’ untuk lafadz ( صَاحِبٍ )  yang berarti sahabat adalah orang yang berkumpul bersama Nabi Muhammad ﷺ setelah Beliau diutus dan beriman kepada Beliau sampai ia mati.

غَيْرَ مُـبْـتَدِعْ : bukan pelaku bid’ah; pelaku bid’ah adalah orang yang keluar dari kebenaran (haq); kebenaran adalah hal yang sesuai dengan Al-Qur’an, Hadis, Ijma’, dan Qiyas.

وَالْبِدْعَةُ       : Bid’ah; menurut bahasa adalah sesuatu yang dibuat tanpa ada contoh terlebih dahulu, sedangkan Bid’ah menurut syara’ adalah hal baru yang tidak sesuai dengan perintah Syari’ (Allah dan Rasul-Nya).

Penjelasan:

Kemudian saya memohonkan rahmat yang disertai mengagungkan dan memohonkan keselamatan atas junjungan kita Nabi Muhammad ﷺ lebih utamanya orang-orang yang meng-Esakan Allah ﷻ, segenap keluarga, dan para sahabat-Nya, serta orang yang mengikuti dengan di jalan yang benar sampai hari pembalasan., karena mengamalkan hadis yang diriwayatkan dari Nabi Muhammad ﷺ. Beliau bersabda:

كُلُّ أَمْرٍ ذِيْ بَالٍ لاَ يُبْدَأُ بِحَمْدِ اللهِ وَالصَّلاَةِ عَلَيَّ فَهُوَ أَقْطَعُ، أَبْتَرُ، مَمْحُوْقٌ، مِنْ كُلِّ بَرَكَةٍ. (رواه عبد القادر الرهاوي في “الاربعين” قال الهيثمي: سنده ضعيف، لكنه في الفضائل، وهي يعمل فيها بالضعيف بشروطه”)

Artinya: “Setiap hal yang mendapat perhatian dalam agama yang tidak dimulai dengan Alhamdu illah dan bershalawat atasku, akan terputus, kurang barakah, terhapus dari semua keberkahan”. (HR. Abdul Qadir Al-Rahawi di dalam hadis “Arbain” berkata Al-Haitsami: “sanadnya daif, tetapi dalam hal keutamaan-keutamaan perbuatan hadis daif boleh diamalkan dengan syarat tertentu”).

Faidah: Imam Syafi’i rahimahullah Ta’ala berkata: “Saya suka jika seseorang sebelum khutbah dan segala hal yang dia minta (dalam berdoa) mendahulukan memuja dan memuji kepada Allah ﷻ dan bershalawat atas Rasulullah ﷺ.

 

Disarikan dari kitab: Jala’ul Afham syarah Aqidatul Awam

Karya: Prof. DR. As-Sayyid Muhammad bin Alwi Al-Maliki Al-Hasani

Oleh: Muhammad Mahrus (ketua MWCNU Buduran)