ISTIMEWANYA KADER-KADER TERBAIK DI MWCNU BUDURAN

GRAHA NUSANTARA. Berita ini tidak hendak mengulas sisi substansial dari materi Musyawarah Kerja (Musyker) 1 MWCNU Buduran yang terdiri dari 5 (lima) komisi, atau mengutarakan topic Musyker 1 yang disepakati dengan redaksi “Meneguhkan Ideologi Mendigdayakan Kemandirian Organisasi”. Akan tetapi berita ini ingin mengungkapkan istimewanya beberapa –tidak semuanya—kader-kader NU dalam peran sertanya di kegiatan yang dilaksanakan pada Ahad (28/5) di Graha Nusantara kantor MWCNU Buduran itu.

Pertama, istimewanya sahabat-sahabat Ansor dan Banser. Sabtu malam ahad pada jam 02.00 dini hari, beberapa jam sebelum Musyker 1 dimulai esok paginya, di arena yang sedianya akan diselenggarakan agenda tersebut masih terlihat sahabat Machrus Suyuthi yang menjadi ketua Ansor MWCNU Buduran. Tampak kader terbaik di Ansor Buduran itu bercengkrama dengan Bang Ali Subhan sebagai ketua panitia musyker, Kiai Machrus sebagai Ketua Tanfidziyah, Kiai Hasan Jamil yang juga Wakil Katib Syuriyah, serta beberapa warga nahdliyyin lain. Paginya pimpinan Ansor ini terlihat sangat awal tiba di lokasi, serius mengikuti Musyker, dan cekatan mengkoordinasi para anggota Banser yang mengamankan kegiatan tersebut. Yang membuat terkesima adalah ketika Musyker berakhir dan harus segera membersihkan arena. Terlihat pimpinan Ansor Buduran ini melepas baju identitas Ansornya, lalu terampil memunguti sampah dan melipat tikar-tikar. Betapa statusnya sebagai pimpinan pucuk Ansor se-Buduran tak menghalangi kepekaan dan responsibiltasnya terhadap apapun, bahkan sampah sekalipun. Sahabat Banser juga tidak hanya mengamankan peserta Musyker 1 ini, tapi juga tanggap mengamankan umat yang lalu-lalang di sekitar kantor MWCNU Buduran.

Kedua, istimewanya sahabat-sahabat Muslimat dan Fatayat. Sudah kaprah dipahami bahwa Muslimat dan Fatayat merupakan salah satu Badan Otonom NU yang memiliki kekuatan terutama dalam hal soliditas, manajerial sumberdaya, dan independensi pendanaan yang sangat kuat. Keterbatasan fasilitas ternyata tidak menghalangi kekuatan Muslimat dan Fatayat tersebut dalam menunaikan tanggung jawab menyediakan kecukupan konsumsi serta rangkaian protokoler acara. Walaupun sesi makan siang dikemas dengan pola makan bersama yang disediakan melalui semangkok soto dan ditata secara mandiri, tampak betapa para kader dua Banom ini sangat cekatan melakukan tugasnya sebelum, pada saat, dan setelah memberikan pelayanan asupan komsumsi. Ternyata kesederhanaan bisa menjadi keberkahan dan modal prestasi bila mendapat sentuhan kecakapan dalam melaksakan tugas dan tanggung jawab.

Ketiga, istimewanya kader IPNU dan IPPNU. Banyak yang mungkin memandang minor pada organisasi yang notabene diikuti oleh orang-orang yang berada pada kategori pelajar. Namun pada momentum Musyker 1 ini, kader-kader dua Banom ini tampak maksimal memberikan kontribusinya baik secara pemikiran melalui keikutsertaannya di komisi 1, ataupun sangat cekatan menghandle tugas-tugas teknis kepanitiaan yang dipercayakan pada mereka. Bahkan, di antara adik-adik IPNU dan IPPNU ini ada yang berinisiasi membuatkan videografis Musyker 1 dan disebarkan sebagai bagian dari promosi kebaikan pada masyarakat secara luas.

Keempat, istimewanya Lazisnu. Di Musyker 1 ini Lazisnu MWCNU Buduran tidak hanya memepragakan kedigdayaannya dalam melakukan mobilisasi asset Nahdliyyin dengan memberikan bantuan dan kontribusi pada pelaksanaan Musyker 1. Tapi lembaga ini juga menebarkan informasi berbagai terobosan yang dilakukannya dalam bidang ekonomi.

Maka jelas bahwa di samping Musyker 1 ini menjadi ajang perencanaan organisasi, juga sekaligus menjadi pembelajaran dan pembuktian betapa memang kader-kader di lingkungan MWCNU lintas lembaga dan banom merupakan kader terbaik di jenjang mereka masing-masing. Tentu ini menjadi semacam bintang cerah di tengah malam, yang artinya di tengah banyak organisasi tidak dapat melakukan regenarsi dengan baik, tapi di NU masih banyak calon-calon kader yang sangat istimewa dengan kapasitasnya masing-masing.(c)