GERAKAN CINTA AL-QURAN JQH BANJARKEMANTREN DENGAN KHATAMAN RUTIN JUMAT LEGI

BANJARKEMANTREN. Al-Quran merupakan kalam qodim Allah yang diturunkan sebagai petunjuk bagi umat manusia dalam rangka menggapai kebahagiaan di dunia dan akhirat. Seorang muslim akan selamat dalam perjalanan hidupnya bila berpedoman pada al-Quran. Kesadaran berpedoman pada al-Quran itu sendiri perlu terus dipupuk dan ditingkatkan secara melalui berbagai perilaku istiqomah. Salah satunya adalah dengan nderes dan khataman al-Quran. Inilah yang dirutinkan oleh Jam’iyah Qurro’ wal Huffadh (JQH) NU Ranting Banjarkemantren tiap hari Jumat Legi di masjid Baiturrohim.

Kegiatan ini biasanya diawali pagi hari setelah shalat subuh dengan pembacaan tawassul kepada para anbiya’ wal mursalin, ulama’ wal auliya was sholihin, masyayikh NU, para guru, orang tua, warga Nahdliyyin dan umat Islam pada umumnya, lalu diteruskan dengan pembacaan al-Quran dari awal sampai khatam dan ditutup dengan tahlil serta doa khataman al-Quran. Pada khataman kali ini, tawassulan dipimpin oleh Ustadz Sugeng al-Hafidz, sedangkan anggota JQH lain seperti Ustadz Shobri, Ustadz Munir, Ustadz Antjhe beserta jamaah lainnya mengikuti pembacaan tawassul tersebut. Usai tawassulan, Ustadz Sugeng langsung memulai bacaan surat al-Fatihah dan disambung dengan surat al-Baqoroh.

Di sekitar masjid Baiturrohim terdengar suara Ustadz Sugeng al-Hafidz melantunkan bacaan al-Quran dengan merdu dan mendayu-dayu dalam irama yang bergantian antara sika, rost, dan nahawand. Mau tidak mau, tiap orang yang melintasi jalan raya Banjarkemantren di selatan masjid Baiturrohim, atau yang selama khataman berlangsung berada di sekitar masjid itu, bisa dipastikan telinganya akan diterpa suara-suara indah dari bacaan al-Quran dari seorang hafidz yang tentunya di atas kebanyakan umumnya orang. Mujawwad, makhorijul huruf, shifatul huruf, dan hukum-hukum tajwid yang terpenuhi, itu menambah keistimewaan suara bacaan al-Quran tersebut yang masuk ke tiap telinga pendengarnya.

Mungkin itu dianggap biasa. Tapi tentu yang demikian itu merupakan sesuatu yang istimewa. Betapa tidak, ketika suara bacaan al-Quran itu memasuki telinga pendengarnya, maka mau atau tidak mau telinga itu teredukasi oleh gelombang ilahiyah bacaan al-Quran yang penuh berkah. Bila sang pendengar tergerak menyimak walau masih beraktifitas di luar masjid, tentu ia akan mengikuti bacaan tersebut dengan kapasitas pemahaman dan ingatannya atas apa yang didengar. Hal ini tentu akan menambah tancapan ingatan dan pemahaman dalam suasana bathiniyah orang tersebut, sehingga secara spiritual akan lebih baik karena menerima terpaan kalam suci ilahi. Bila sang pendengar tidak tergerak menyimak, itu pun yang bersangkutan sudah mendapat rizki istimewa karena telinganya saat itu ditakdir mampu mendengar kalamullah yang suci dibacakan, walau diterima oleh telinga yang tidak menyimaknya (tidak suci).

Para pegiat JQH Banjarkemantren sediri terdiri dari 5 (lima) orang. Selain nama-nama di atas, ada satu lagi bernaa Ustadz Fathul Mubin. Pada kesempatan mengawali khataman tersebut, sambil ngopi dan sarapan 4 (empat) anggota JQH itu bercengkeraman sebentar. Di antara guraunnya adalah keramas. Tiap anggota JQH yang datang pagi itu terlihat rambutnya basah habis keramas. Oleh salah seorang pengurus takmir diklarifikasi apakah memang mereka itu mandi junub terlebih dulu sebelum khataman. Konfirmasi ini dijawab dengan gelak-tawa para ahlullah dalam JQH itu. “Lho, apakah memang para (ahlullah) keluarganya Allah itu harus keramas dulu sebelum khataman al-Wuran? Tanya seseorang yang kebetulan pagi itu ikut nimbrung JQH. Mendengar itu, sontak jamaah lain yang menjawab,  “ya tidak harus, tapi kiranya tidak pantas dengan badan yang tidak suci saat khataman.(c)