BUDURAN. Jarum jam masih menunjuk pukul 19.05 WIB, tapi halaman kantor MWCNU Buduran masih terlihat lengang dengan pagar tertutup, walau tidak tergembok. Padahal malam itu, Kamis (19/10) diagendakan ada latihan upacara, terutama bagi petugas apel dalam peringatan Hari Santri Nasional (HSN) tahun 2023 yang digelar Ahad pagi jam 07.00 tanggal 22 Oktober 2023. Semenit kemudian datanglah dua sahabat Banser dan dengan cekatan segera menyiapkan arena untuk keperluan tersebut.
Tak berselang lama datanglah Cak Chusnan, bendahara MWCNU Buduran dengan ustadz Anas, penggerak majlis Riyadlul Jannah. Keduanya memang rencananya bersama panitian lain akan membicarakan persiapan pengajian umum pada 5 Nopember mendatang yang juga menjadi akhir rangkaian peringatan maulidurrosul shollallahu ‘alaihi wa alihi wasallam dan HSN 2023. Alhamdulillah, dengan cepat keduanya menyusun desain acara pembacaan sholawat pada agenda pengajian umum tanggal 5 Nopember 2023 tersebut.
Lalu tiba rombongan para ngawaning Fatayat pimpinan Ning Nyai Muthmainnah. Disusul dengan adik-adik IPNU dan IPPNU dan beberapa pengurus kepanitiaan HSN 2023 seperti Gus A. Hasan Fahmi, Kyai Ach. Zaini, Abah Kyai Ali Makhfud, Abah Rosidi, Cak Yanuar, Ustadz Agus Salim, Abah Irfan, Gus Faiz, dan tentunya Pakde Sholeh. Belum lewat jam 19.30, kantor MWCNU Buduran telah ramai. Setelah bersalaman dengan hadirin dan menyapa para hadirot, Kyai. Ach. Zaini langsung masuk ruang kerja pengurus MWC, menghidupkan komputer dan langsung terlihat fokus ke monitor sambil jari-jarinya lincah menombol keyboard. Makin tampak bahwa beliau sangat terbiasa dengan dunia administrasi. Sosok guru administratif.
Abah Rosidi langsung mengarahkan beberapa orang yang ada untuk menuju belakang kantor MWC, tepatnya di Graha Nusantara untuk melakukan latihan upacara, terutama bagi mereka yang mendapat tugas pada agenda Apel HSN pada tanggal 22 Oktober esok. Sembari itu, mulai terdengar para ngawaning Fatayat unjuk koor vokal mereka, walau terkadang koor itu terhenti mendadak dan berganti suara-suara saling bersautan dan membenarkan, tanda bahwa ada yang salah dalam koor yang dikumandangkan.
“Siaaaap grak! Lencang kanan-kini, eh kiri, jalan! Begitulah sayup-sayup terdengar suara aba-aba dari adik yang sedang latihan. Tapi aba-aba ini langsung disambut tawa oleh yang lain. “Masak ada kanan kok lawannya kini. Kanan ya lawannya kiri.” Sahut orang yang ndak tahu siapa namanya, tapi kelihatan berwibawa.
Abah Rosidi, Cak Yanuar, dan Kakang Banser terlihat sabar memberikan instruksi dan contoh pada peserta latihan malam itu. Bahkan, walau terlihat sering menghela nafas ketika melihat kesalahan atau ketidak tepatan, tapi selalu tampak keceriaan dan senyum ramah pada wajah-wajah beliau. Gus A. Hasan Fahmi terlihat sangat flamboyan dengan songkok hitam nan lancip ujung depannya. Beberapa kali memberikan pertimbangan dan arahan terkait segala sesuatu, khususnya kepanitiaan HSN 2023. Rupanya malam itu kacamata beliau tertinggal, sehingga beberapa kali terlihat agak menyipitkan mata ketika mencermati satu hal. Tapi itu tidak mengurangi kewibawaan dan kualitas flamboyan beliau yang apa adanya.
“Cak Leeh, pinjam nampannya untuk latihan”, suara serak khas Ning Nyai Muth terdengar. “Sebentar, saya carinya dulu,” jawab Pakde Sholeh yang terlihat mondar-mandir mencari buruannya. “Ini sudah ketemu,” sambil merenggut nampan plastik warna pink berbentuk bundar dan bergegas menuju arena latihan. “Cak Leeeeeeeeh Cak Leeeeeeeh, wong nampan buat upacara kok nampan bundar, iya kalau buat ngeluarkan minuman tahlilan.” Protes Ning Nyai Muth. Bagi yang mendengar dan mengetahui momentum itu, sontak tertawa. “Ndak apa-apa. Sekali-kali pakai nampan bundar.” Pakde Sholeh masih saja memberi argumentasi, walau terlihat bergegas mencari nampan pengganti. Begitulah kekeluargaan, kelucuan, dan semangat nahdliyyin MWCNU Buduran lintas lembaga dan badan otonom dalam menempatkan diri pada celah kemanfaatan demi tabarrukan dengan Nahdlatul Ulama.
A’wan MWC NU Buduran | Tukang Sapu Langgar
Mahabbah gak kenal wayah
LUAR BIASA, KREATIF, ISTIQOMAH