BANJARKEMANTREN. Lailatul Ijtima (LI) merupakan kegiatan khas pengurus NU dari tingkat ranting sampai pengurus besar. LI dilaksanakan secara rutin dan berkala dan biasanya ditempatkan secara bergilir dalam satu teritorial kepengurusan. LI juga menjadi barometer hidup dan berkembangnya kepengurusan NU di satu wilayah. Bila masih ada kegiatan LI terlaksana secara rutin dengan keterlibatan organ sayap secara massif, maka bisa dikatakan bahwa organisasi dan nahdliyyin di kawasan itu memiliki kiprah yang signifikan. Bertempat di musholla al-Hidayah RT 9 RW 1 dusun Pandean pada Jumat malam Sabtu (7/6/24) PRNU Banjarkemantren mengadakan LI yang dihadiri oleh pengurus dan warga nahdliyyin se-Banjarkemantren.
Salah satu yang menarik pada LI Banjarkemantren malam itu adalah rawuhnya Rois Syuriyah PCNU Sidoarjo, K.H.R. Abdus Salam Mudjib dan berkenan ngaji kitab Hadlrotus Syaikh KH. Hasyim Asy’ari berjudul Jami’ah al-Maqoshid dan kerso memberikan jawaban atas beberapa pertanyaan warga nahdliyyin yang mengikuti LI malam itu. Kyai Salam –sapaan beliau sehari-hari—rawuh ketika pembacaan tawassul sedang berlangsung yang dipimpim oleh ustadz Machfudzil Asror yang juga menjadi Ketua Tanfidziyah PRNU Banjarkemantren. Tawassul dan istighotsah ini didahului dengan pelaksanaan shalat sunnah taubat, shalat tasbih, dan shalat hajat yang dipimpin oleh kyai Muhajir yang juga menyandang amanah sebagai Rois Syuriyah PRNU Banjarkemantren. Bahkan, ustad Fudzil sudah hadir di musholla tersebut mulai ba’da maghrib, dan saat itu sedang berlangsung pengajian kitab Lubab al-Hadits karangan al-Imam Jalaluddin al-Suyuthi oleh jamaah musholla.
Usai pembacaan tawassul dan istighotsah, jamaah LI melakukan pembacaan shalawat Mahallul Qiyam yang diiringi oleh ISHARI NU Banjarkemantren. Walau durasi pembacaan srokalan lebih pendek dan tidak seperti biasanya, namun itu tidak mengurangi suasana khidmat dari jamaah. Dengan berdiri bertelekan tongkat, Kyai Salam tampak khusyu’ memberikan keteladanan pada jamaah tentang bagaimana cara memuliakan Kanjeng Nabi Muhamad shollallahu ‘alaihi wa aalihi wasallam saat srokalan. Para jamaah juga tampak semangat mengikuti tiap bacaan shalawat usai.
Berikutnya, ustadz Fudzil memberikan sambutan dengan menyampaikan rasa syukur, tahni’ah, dan terima kasih pada pengurus takmir musholla al-Hidayah serta warga sekitar atas terselenggaranya LI malam itu. Ustadz Karsiman sebagai ketua takmir musholla al-Hidayah juga menyampaikan hal yang kurang lebih sama dengan ustadz Fudzil, dengan tambahan permohonan maaf atas kekurangan dalam memfasilitasi LI malam itu. “Kami mohon maaf atas kekurangan dalam menyediakan jamuan atau apapun pada para rawuh”, ujarnya.
Pada saat pengajian kitab, Kyai Salam duduk bersandar di sisi selatan paimaman musholla dan di hadapan beliau sudah kumpulan kitab yang disusun Mbah Hasyim Asy’ari berjudul Irsyadu al-Sariy fi Jami’i Mushonnifaat al-Syaikh Hasyim Asy’ariy. Setelah mengajak jamaah bertawassul, beliau membacakan khutbah kitab Jami’ah al-Maqoshid dan menyisipkan beberapa penjelasan di sela-sela pembacaan kitab tersebut. Lalu dilanjutkan dengan membacakan bagian awal kitab bersub-judul al-Maqshud al-Awwal fi Bayani Aqo-id al-Islami wa Ushuli al-Ahkami.
Kyai yang menjadi pengasuh PP al-Khoziny ini membaca dan mengulas kajian pada LI malam itu sebagaimana pengajian kitab yang ada di pesantren. Teks dibaca dan dimaknai menggunakan idiom dan frasa yang biasa dipakai dalam pengajian kitab pesantren. Beliau menjelaskan ulasan tentang tauhid paling dasar tentang sifat-sifat wajib, mustahil, dan jaiz yang dikenal dengan istilah mu’taqod seket dengan dengan bahasa sederhana, mudah dicerna, tapi sangat berbobot, lengkap dengan contoh dan perbandingan untuk memudahkan mustami’. Selama pengajian kitab tersebut, nyaris tidak terdengar kegaduhan dari jamaah, kecuali terkadang terdengar suara deru mesin kendaraan yang melintasi jalan sisi selatan musholla.
“Allah itu punya sifat Qodim yang berarti dahulu. Artinya, Allah itu Dzat yang tidak bermula dan tidak ada sesuatu yang ada lebih dahulu dari Allah. Itu logika sederhana. Ndak apa-apa sederhana yang penting selamat.” Dawuh beliau dengan senyumnya yang khas. Jamaah yang ada di dalam dan luar musholla tampak manggut-manggut tanda manut pada ulama panutannya.
Kyai Salam juga menjelaskan tentang beberapa ketentuan Qurban, bagaimana cara mendidik keluarga, dan bersikap pada ulama untuk menjawab pertanyaan jamaah. Tidak ada nisbat yang paling baik dan benar di zaman akhir kecuali pada para ulama karena merekalah yang menjadi pewaris dari para nabi dan rasul. Maka menyandarkan diri pada para ulama merupakan langkah dan pilihan yang tepat untuk mencari keselamatan diri di dunia dan akhirat. Di akhir, beliau menutup dengan membacakan doa.
LI tersebut berakhir dengan ramah tamah dan foto bersama. Tampak sahabat Banser cekatan mengamankan kegiatan, terutama di area perlintasan jalan. Ibu-ibu jamaah musholla juga tampak cekatan menyiapkan jamuan, sedangkan jamaah yang rawuh tampak guyub rukun menjalin interaksi di antara mereka. Tampak sesekali di antara jamaah terjadi percakapan dan gurauan sambil menikmati hidangan yang telah disediakan. ©
A’wan MWC NU Buduran | Tukang Sapu Langgar
Mahabbah gak kenal wayah
Sae sanget, mugi manfaat kagem umat, amiiin