GRAHA NUSANTARA. Sedari sore rembulan tampak lebih indah menampilkan pesonanya di ufuk timur pada posisi mathla’-nya. Bentuknya nyaris bundar penuh dengan warna emas yang memanjakan siapapun pemilik netra yang memandangnya. Kiranya petang itu sudah memasuki malam hari ke limabelas dari bulan Dzul Qo’dah 1445 H. Pada saat bulan menjelang purnama inilah pengurus MWCNU Buduran menjaga wadzifah usbu’iyah dengan menjalankan mujahadah di Graha Nusantara kantor MWCNU Buduran. Kamis malam Jumat (23/05/24) beberapa pengurus MWCNU Buduran mulai rawuh di kantor kebanggaan warga NU se-Buduran dan bersiap melaksanakan mujahadah.
Wadzifah usbu’iyah malam itu menjadi lebih istimewa karena di Graha Nusantara itu sebelumnya digunakan oleh pengurus Jam’iyyatul Qurro’ wal Huffazh Nahdlatul Ulama (JQHNU) melaksanakan konferensi. Setelah konferensi JQHNU berakhir dan beberapa muharrik NU merapikan lokasi, mujahadah mulai dilaksanakan. Seperti biasa, dimulai dengan shalat taubat dua rakaat, shalat tasbih empat rakaat, dan shalat hajat dua rakaat. Adalah KH. Jalisil Ulama yang memimpin shalat-shalat sunnah tersebut. Sedangkan Kyai Mahrus memimpin pembacaan tawassul, istighotsah, dan doa usai shalat sunnah.
Berbalutkan suasana khidmat dan sunyi, mujahadah malam itu terasa sangat nikmat walaupun diikuti oleh jamaah yang tidak sebanyak saat lailatul ijtima’ (LI) atau pada momentum seperti istighotsah kubro yang biasa dilakukan di NU. Pada saat pembacaan tawassul saja, tidak terasa lebih duapuluhlima menit waktu yang diperlukan untuk menyelesaikannya. Terdengar Kyai Kyai Mahrus menyebut nama-nama para pembesar ahli bait, sahabat, imam madzhab, imam tarekat, mushannif, mu-allif, ulama dan auliya pendiri NU, muharrik NU, dan bahkan para pengurus MWCNU Buduran beserta keluarga mereka dalam tawassulnya.
Mujahadah itu sendiri sebenarnya berlangsung pada waktu akhir hari Kamis dan memasuki permulaan hari Jumat menurut perhitungan almanak masihiyah. Sehingga mujahadah itu terlaksana pada dua hari yang berbeda. Usai mujahadah, tampak para jamaahnya duduk melingkar di Ghara Nusantara sambil menikmati kopi dan kue yang ada. Mereka saling berbincang tentang warta ke-NU-an, khususnya yang terjadi di Buduran.
Kyai Mahrus mencermati tulisan beliau yang terpublikasi pada rubrik kajian di situs MWCNU Buduran yaitu www.mwcnubuduran.or.id, sedangkan KH. Jalisil Ulama membuka akun YouTube yang menayangkan hadrah ISHARI NU muhud ibtida’ yang dipimpin oleh KH. Mahmud Sami’ saat pelaksanaan ISHARI NU 5000 jamaah di komplek maqbarah auliya Sono. Sambil mengikuti qosidah dalam muhud ibtida’, beliau menepuk-nepukkan tangannya pada paha sambil rebahan. Jari telunjuk yang tersemat tasbih digital warna hitam, dan jari manis yang tersemat cincin bermata batu akik bulu macan yang besar ikut bergerak-gerak mengikuti ritme tepukan tersebut. Kiranya kyai yang memiliki suara berat ini sedang menikmati relaksasi diri dengan shalawat iringan hadrah ISHARI NU tersebut. ©
A’wan MWC NU Buduran | Tukang Sapu Langgar
Mahabbah gak kenal wayah
Sae sanget & LUAR BIASA, mudah-mudahan bermanfaat bagi para pembaca, amiiin