KISAH INSPIRATIF EDISI BULAN HAJI

 

KISAH INSPIRATIF

[edisi bulan Haji]

 

“MENDAPATKAN KEMABRURAN HAJI TANPA BERHAJI”

 

  • قِصَّـــــــةِ حَجَّةِ ابْنِ الْمُبَارَكِ وَمُوفَّقِ اْلإِسْكَافِي الشَّامِي

: حكي عبد الله ابن المبارك التابغي يقول

كنت في العام الماضي حاجاً إلى بيت الله الحرام، وفي ليلة من ليالي منى رأيتني في الرؤيا نائماً، وعند رأسي اثنان يتحدثان يقول الواحد منهما للآخر: أتدري كم هم الذين قَبِلَ الله حجهم في هذا العام؟ قال الثاني: لا، قال: إن كثيراً منهم لم يقبل الله حجهم، ولكن صفح الله عنهم جميعاً وقبل حجهم جميعاً بفضل موفق الإسكافي الشامي على أنه لم يحج، يقول عبد الله بن المبارك: فاستيقظت وليس لي هَمٌّ إلا أن أعود، فأعثر على هذا الرجل، وأعلم قصته والسبب في هذا الفضل العظيم الذي أكرمه الله به، واتجهت إلى الشام، وأخذت أبحث وأبحث وأبحث وصبرت إلى أن عثرت على موفق الإسكافي الشامي، سألته ما خبرك مع الحج، أحججت؟ قال: لا، قال: فحدثني عن قصتك، قال: وما السبب؟ قال: حدثني، فإن حدثتني فسأخبرك، قال له: أنا عملي إسكاف، وكان من شأني منذ أول العام أن أدخر كل ما يزيد من نفقات بيتي في مكان أرجو أن أحج به في نهاية العام، أو الذي يليه إلى بيت الله الحرام، ولما دنا الموسم نظرت فوجدت أن المبالغ التي ادخرتها يمكن أن تفي بحاجتي إلى الحج إلى بيت الله الحرام، فأخذت أعد العدة، وبينما أنا عائد إلى الدار ذات يوم استقبلتني امرأتي، وكانت حاملاً، ونظرت فإذا برائحة الشواء تفوح في الدار، أعطتني وعاءً وقالت لي: اذهب فاطرق باب جيراننا، وحدثهم عن وضعي، وأنني بحاجة إلى شيء من هذا الشواء الذي تفوح رائحته، فأخذت الوعاء وطرقت الباب، خرجت امرأة وحدثتني من وراء الباب، قلت لها وحدثتها وطلبت منها أن تضع شيئاً من الشواء في هذا الوعاء، نظرت وتلبثت ثم قالت: سأعطيك ولكن دعني أخبرك عن قصتي، وأنا مضطرة أن أخبرك عنها، فإن رأيت أن ذلك يصلح لكم أعطيتك، قال: ما القصة؟ قالت: مات زوجي منذ فترة طويلة، ونفدت النفقة منذ أسابيع، وأولادي يتضورون اليوم جوعاً، ونظرت وإذا بالهلاك يطرق بابهم ويتهددهم، نظرت فوجدت على مقربة منا شاة قد نفقت وألقاها أصحابها، أخذت قطعة منها وجئت بها إلى البيت لأقدم لهم منها طعاماً، يحميهم من الهلاك، ويسد رمقهم، يقول الإسكاف: فرجعت وأنا ألطم وجهي، قلت في نفسي: هذه جارتي تعاني وأولادها من هذا السغب الذي كاد أن يوديهم إلى الهلاك، وأنا أجمع المال من أجل أن أحج به إلى بيت الله الحرام، أخذت هذا المبلغ الفائض لدي كله وعدت فطرقت بابها وقلت لها: خذي هذا مالٌ أرسله الله عز وجل إليك، قال له عبد الله بن المبارك: أبشرك بأن الله لم يكتب لك أنت حجة فقط بل قبل حجة الحجيج أجمع بسببك أنت.

KISAH HAJINYA ABDULLAH IBNU MUBARAK, DAN MUWAFAQ AL-ISKAFI AL-SYAMI

۞ Ulama Abu Abdurrahman Abdullah bin al-Mubarak al Hanzhali al Marwazi ulama terkenal di Makkah yang menceritakan riwayat ini :*

Suatu ketika, setelah selesai menjalani salah satu ritual haji, ia beristirahat dan tertidur. Dalam tidurnya ia bermimpi melihat dua malaikat yang turun dari langit. Ia mendengar percakapan mereka :

“Berapa banyak yang datang tahun ini?” tanya malaikat kepada malaikat lainnya.
“Tujuh ratus ribu,” jawab malaikat lainnya.
“Berapa banyak mereka yang ibadah hajinya diterima?”
“Tidak satu pun”
Percakapan ini membuat Abdullah gemetar.
“Apa?” ia menangis dalam mimpinya. “Semua orang-orang ini telah datang dari belahan bumi yang jauh, dengan kesulitan yang besar dan keletihan di sepanjang perjalanan, berkelana menyusuri padang pasir yang luas, dan semua usaha mereka menjadi sia-sia?”
Sambil gemetar, ia melanjutkan mendengar cerita kedua malaikat itu.
“Namun ada seseorang, yang meskipun tidak datang menunaikan ibadah haji, tetapi ibadah hajinya diterima dan seluruh dosanya telah diampuni . Berkat dia seluruh haji mereka diterima oleh Allah.”
“Kok bisa”
“Itu Kehendak Allah”
“Siapa orang tersebut?”
“Muwafaq Al-Iskafi Al-Syami tukang sol sepatu di kota Damsyiq (damaskus sekarang)”
Mendengar ucapan itu, ulama itu langsung terbangun, Sepulang haji, ia tidak langsung pulang ke rumah, tapi langsung menuju kota Damaskus, Syiria.
Sampai di sana ia langsung mencari tukang sol sepatu yang disebut Malaikat dalam mimpinya. Hampir semua tukang sol sepatu ditanya, apa memang ada tukang sol sepatu yang namanya Muwafaq Al-Iskafi Al-Syami.
“Ada, di tepi kota” Jawab salah seorang sol sepatu sambil menunjukkan arahnya. Sesampai di sana ulama itu menemukan tukang sepatu yang berpakaian lusuh,
“Benarkah Anda bernama Muwafaq Al-Iskafi Al-Syami?” tanya Ulama itu
“Betul, siapa tuan?”
“Aku Abdullah bin Mubarak”
Said pun terharu, “bapak adalah ulama terkenal, ada apa mendatangi saya?”
Sejenak ulama itu kebingungan, dari mana ia memulai pertanyaannya, akhirnya ia pun menceritakan perihal mimpinya.
“Saya ingin tahu, adakah sesuatu yang telah Anda perbuat, sehingga Anda berhak mendapatkan pahala haji mabrur?”
“Wah saya sendiri tidak tahu!”
“Coba ceritakan bagaimana kehidupan anda selama ini.
Maka Muwafaq Al-Iskafi Al-Syami bercerita.
“Setiap tahun, setiap musim haji, aku selalu mendengar :
Labbaika Allahumma labbaika. Labbaika la syarika laka labbaika. Innal hamda wanni’mata laka wal mulka. laa syarika
laka.
Ya Allah, aku datang karena panggilan-Mu. Tiada sekutu bagi-Mu. Segala ni’mat dan puji adalah kepunyaan-Mu dan kekuasaan-Mu. Tiada sekutu bagi-Mu.
Setiap kali aku mendengar itu, aku selalu menangis
Ya Allah aku rindu Mekah. Ya Allah aku rindu melihat Ka’bah. izinkan aku datang….. izinkan aku datang ya Allah..
Oleh karena itu, sejak puluhan tahun yang lalu setiap hari saya menyisihkan uang dari hasil kerja saya, sebagai tukang sol sepatu.
Sedikit demi sedikit saya kumpulkan. Akhirnya pada tahun ini, saya punya 350 dirham, cukup untuk saya berhaji.
“Saya sudah siap berhaji”
“Tapi Anda batal berangkat haji”
“Benar”
“Apa yang terjadi?”
“Istri saya hamil, dan sering mengidam. Waktu saya hendak berangkat saat itu dia mengidam berat”
“Suami ku, engkau mencium bau masakan yang nikmat ini?
“ya sayang” “Cobalah kau cari, siapa yang masak sehingga baunya nikmat begini. Mintalah sedikit untukku”
“Ustadz, saya pun mencari sumber bau masakan itu. Ternyata berasal dari gubuk yang hampir runtuh. Disitu ada seorang janda dan enam anaknya.
Saya bilang padanya bahwa istri saya ingin masakan yang ia masak, meskipun sedikit. Janda itu diam saja memandang saya, sehingga saya mengulangi perkataan saya.
Akhirnya dengan perlahan ia mengatakan :
“tidak boleh tuan”
“Dijual berapa pun akan saya beli”
“Makanan itu tidak dijual, tuan” katanya sambil berlinang mata.
Akhirnya saya tanya kenapa?
Sambil menangis, janda itu berkata “daging ini halal untuk kami dan haram untuk tuan” katanya.
Dalam hati saya bergumam: Bagaimana ada makanan yang halal untuk dia, tetapi haram untuk saya, padahal kita sama-sama muslim?
Karena itu saya mendesaknya lagi “Kenapa?”
“Sudah beberapa hari ini kami tidak makan. Dirumah tidak ada makanan. Hari ini kami melihat keledai mati, lalu kami ambil sebagian dagingnya untuk dimasak.
“Bagi kami daging ini adalah halal, karena andai kami tak memakannya kami akan mati kelaparan. Namun bagi Tuan, daging ini haram”.
Mendengar ucapan tersebut spontan saya menangis, lalu saya pulang. Saya ceritakan kejadian itu pada istriku, dia pun
menangis, kami akhirnya memasak makanan dan mendatangi rumah janda itu.
“Ini masakan untuk mu”
Uang peruntukan Haji sebesar 350 dirham pun saya berikan pada mereka.
”Pakailah uang ini untuk mu sekeluarga. Gunakan untuk usaha, agar engkau tidak kelaparan lagi”

Dan Imam Ibnu Mubarak berkata kepadanya :
Bergembiralah sesungguhnya Allah tidak hanya mencatat amal ibadah haji anda saja , namun sebelum hajinya orang – orang yang berhaji bahkan seluruh orang haji bisa berkumpul dan haji  mereka diterima oleh Allah berkat Anda.”

۞ والمذكور عن عبد الله بن المبارك مما له علاقة بهذه القصة، هو ما ذكره ابن كثير في ترجمته من (البداية والنهاية) فقال:

وَخَرَجَ مَرَّةً إِلَى الْحَجِّ، فَاجْتَازَ بِبَعْضِ الْبِلَادِ، فَمَاتَ طَائِرٌ مَعَهُمْ، فَأَمَرَ بِإِلْقَائِهِ عَلَى مَزْبَلَةٍ، وَسَارَ أَصْحَابُهُ أَمَامَهُ وَتَخَلَّفَ هُوَ وَرَاءَهُمْ،

فَلَمَّا مَرَّ بِالْمَزْبَلَةِ إِذَا جَارِيَةٌ قَدْ خَرَجَتْ مِنْ دَارٍ قَرِيبَةٍ مِنْهَا، فَأَخَذَتْ ذَلِكَ الطَّائِرَ الْمَيِّتَ، فَكَشَفَ عَنْ أَمْرِهَا وَفَحَصَ،

حَتَّى سَأَلَهَا، فَقَالَتْ: أَنَا وَأُخْتِي هَاهُنَا، لَيْسَ لَنَا شَيْءٌ إِلَّا هَذَا الْإِزَارَ، وَقَدْ حَلَّتْ لَنَا الْمَيْتَةُ، وَكَانَ أَبُونَا لَهُ مَالٌ عَظِيمٌ، فَظُلِمَ وَأُخِذَ مَالُهُ وَقُتِلَ.

فَأَمَرَ ابْنُ الْمُبَارَكِ بِرَدِّ الْأَحْمَالِ، وَقَالَ لِوَكِيلِهِ: كَمْ مَعَكَ مِنَ النَّفَقَةِ؟ فَقَالَ: أَلْفُ دِينَارٍ. فَقَالَ: عُدَّ مِنْهَا عِشْرِينَ دِينَارًا تَكْفِينَا إِلَى مَرْوَة، وَأَعْطِهَا الْبَاقِيَ، فَهَذَا أَفْضَلُ مِنْ حَجِّنَا فِي هَذَا الْعَامِ. ثُمَّ رَجَعَ.اهـ.
انظر كتاب البداية والنهاية : ج ١٣ ص ٦١١ / ثم دخلت سنة إحدى وثمانين ومائة الأحداث التي وقعت فيها / للإمام أبو الفداء إسماعيل بن عمر بن كثير القرشي البصري ثم الدمشقي (المتوفى: ٧٧٤ هـ) / الناشر: دار هجر ، الطبعة: الأولى، ١٤١٨ هـ = ١٩٩٧ مـ

 

*Peristiwa yang tersebut diatas dialami oleh seorang ulama besar di masa Tabi ’in, beliau bernama Ibnu Mubarak [lahir 118 H]. Kisah yang terkait dari kisah ini adalah kisah  yang disampaikan oleh Imam Al-Hafidz Ibnu Katsir dalam kitab sejarahnya ” Al-Bidayah Wa An-Nihayah ” :*

Abdullah bin Mubarak hendak pergi haji. Ia melewati sebuah negeri, lalu ada burung mati. Ia menyuruh agar burung itu dibuang ke tempat sampah. Murid-muridnya berangkat di depan dan dia berjalan di belakang mereka.

Ketika Ibnu Mubarak melewati tempat sampah, lalu ada anak perempuan keluar dari sebuah rumah di dekatnya, ia mengambil bangkai burung itu. Ia membungkusnya dan segera membawa pulang

Ibnu Mubarak bertanya kepada anak perempuan itu mengapa mengambil bangkai burung. Anak perempuan itu menjawab: “Aku dan adikku di sini tidak memiliki apa-apa kecuali kain ini. Tidak ada makanan untuk kami kecuali yang ada di tempat sampah. Beberapa hari ini bangkai yang ditemukan (untuk dimakan). Kami punya ayah yang kaya raya. Tapi ia dizalimi, hartanya dirampok dan dibunuh.”

Ibnu Mubarak memerintahkan untuk mengembalikan harta bawaan. Ia bertanya kepada wakilnya: “Berapa bekal kita?” Wakilnya menjawab: “1000 Dinar”. Ibnu Mubarak berkata: “Ambil 20 Dinar, cukup untuk transportasi kita ke Marwa [Turkmenistan]. Sisanya berikan kepada anak perempuan itu. Ini lebih utama dari pada ibadah haji kita tahun ini”. Ibnu Mubarak kemudian pulang (tidak berangkat haji).
{Lihat Kitab Al Bidayah Wa An Nihayah : juz 13 hal 611 / Tsumma Dakhalat Sanatu Ihda Wa Tsamanin Wa Mi’atu Al Ahdatsu Al Latiy Waqa’at Fiha / Karya Imam Ibnu Katsir Asy Syafi’iy / Dar Hajar, Cet. Pertama, Th. 1418 H = 1997 M}.

Disarikan dari situs : http://www.abdelhakeemkun.com/2020/10/h-f-g-h-h-gggg.html
Terimakasih, tetap mencantumkan sumber kutipan.