HAYATUL FATAA WALLAAHI BIL ‘ILMI WAT TUQOO, IDZAA LAM YAKUNAA LAA I’TIBAARO LIDZAATIHI: SAHUR SPIRITUAL MALAM 18 RAMADLAN BERSAMA GP ANSOR

GRAHA NUSANTARA. Jumat (29/03/24), waktu menunjukkan pukul 02.00 ketika terlihat beberapa kader NU memakai baju GP Ansor, Rijalul Ansor (RA) dan Banser memasuki Graha Nusantara kantor MWCNU Buduran. Pada saat itu Kyai Machrus, KH. Jalisil Ulama dan Gus Hasan Fahmi masih berada di tempat tersebut setelah menyelesaikan wadzifah usbu’iyyah yaitu mujahadah Kamis malam Jumat. Dipandu oleh sahabat Lukman Hakim, tamu yang berjumlah 50 orang tersebut secara teratur menempatkan diri di sisi timur Graha Nusantara. Mereka adalah para aktifis GP Ansor dan Banser dari Krembung yang melakukan ziarah para auliya dan rawuh di kantor MWCNU Buduran.

Tak berselang lama, diadakan sesi tetamuan yang dipandu oleh salah satu sahabat RA dari Krembung yang berasal dari Damarsi. Pada prakatanya, ia menyampaikan terima kasih atas penyambutan yang diberikan oleh para sahabat GP Ansor dan pengurus MWCNU Buduran, sekaligus mohon maaf telah merepotkan tuan rumah. Hal itu juga dikuatkan oleh perwakilan GP Ansor lain pada sambutan berikutnya.

Atas nama rombongan kami sangat berterima kasih pada Panjenengan atas penyambutan yang luar biasa. Kami tidak menduga bahwa sahabat-sahabat GP Ansor dan Banser sangat luar biasa menyambut dan mengawal kami. Kami juga mohon maaf telah merepotkan.” Ujar perwakilan GP Ansor Krembung.

Kyai Machrus yang didapuk menyampaikan sambutan penerimaan menyampaikan terima kasih telah berkenan rawuh di Buduran dan nyambangi kantor MWCNU Buduran. Beliau juga mengapresiasi semangat para aktifis GP Ansor dan Banser tersebut dalam memakmurkan organisasi. Semangat itu diharapkan tetap berada dalam jalur ilmu dan ketaqwaan. Kiranya hal itulah yang menjadi bahan baku munculnya generasi pemimpin yang berkualitas di masa mendatang meneruskan perjuangan generasi NU sebelumnya.

Di akhir sambutannya, Kyai Machrus mengutip salah satu dawuh dari Imam Syafii yang menyatakan bahwa tanda kualitas seorang pemuda terletak pada ilmu dan ketaqwaannya, dan barang siapa yang tidak memiliki keduanya maka tiada bermakna keberadaannya. Betapa dawuh Ketua Tanfidziyah ini menjadi tadzkiroh bagi semua yang hadir dan lebih bergizi dari makanan sahur.

Hayatul fataa wallahi bil ‘ilmi wat tuqoo, idza lam yakunaa laa ’tibaro lidzatihi,” begitulah dawuh beliau.

Sesi tetamuan singkat itu ditutup dengan doa dan saling berbincang sejenak. Di depan kantor MWCNU Buduran tampak para sahabat Banser Satkoyon Buduran siap berjaga demi menghormati tamu yang rawuh di waktu sahur tersebut. Moga silaturrohim itu makin menambah ukhuwah al-nahdliyyah. ©