BUDURAN. Rasanya kantor MWCNU Buduran tidak pernah sepi dari kegiatan para warga Nahdliyyin. Bila hari-hari sebelumnya ada rangkaian kegiatan dari tiap lembaga, banom dan pengurus harian, kini pada Sabtu (10/5) lembaga jam’iyyah Qurro’ wal Huffadz (JQH) yang melakukan kegiatannya dengan melaksanakan khataman al-Quran rutin di kantor MWCNU Buduran. Tujuan utama dari kegiatan itu adalah untuk mengajak warga nahdliyyin baik yang ada di kepengurusan ataupun yang menjadi simpatisan untuk lebih dekat dengan al-Quran, sehingga pada akhirnya meneladani al-Quran dalam kehidupannya.
Kegiatan itu khataman ini dimulai pagi-pagi dengan pembacaan tawassul oleh para hafidz-hafidzah di lingkungan Buduran, lalu diteruskan dengan pembacaan al-Quran oleh mereka. Kegiatan dari lembaga yang diketuai oleh KH. Mabrur Syaibani, S.Ag. al-Hafidz ini merupakan khas identitas dan amaliyah warga NU. Bila ada yang menyatakan bahwa NU adalah pesantren dalam bentuk organisasi, maka pernyataan itu dapat dibuktikan dengan khataman al-Quran yang dilaksanakan saat itu.
Betapa tidak, al-Quran merupakan pedoman utama bagi tiap umat Islam. Standarnya tegas. Bila segaris dengan al-Quran maka seorang muslim bisa disebut benar, dan bila tidak segaris dengan al-Quran maka seorang muslim disebut tidak benar. Nah, persoalannya adalah bagiamana seorang muslim dapat segaris dan seirama dengan al-Quran dalam menjalani kehidupannya sehari-hari? Di sinilah pentingnya pembelajaran al-Quran dalam tiap sendi kehidupan dan oleh seluruh segmen usia.
Kiranya, JQH melihat bahwa zaman dan keadaan boleh berubah sesuai dengan garis ketetapan takdirnya. Akan tetapi kecintaan seseorang terhadap al-Quran tidak boleh memudar. Cara yang paling dasar dan awal mencetak generasi yang Qurani adalah dengan istiqomah membaca, mempelajari, dan meneladaninya dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan khataman al-Quran seperti yang dilaksanakan oleh JQH pagi itu di kantor MWCNU Buduran merupakan salah satu upaya untuk mengajak umat Islam suka membaca dan tadarus al-Quran. Peneladanan atas wahyu secara benar mensyaratkan adanya pemahaman yang benar, sedangkan pemahaman yang benar mensyaratkan pembacaan yang benar. Maka sangat tepat kiranya bila kegiatan khataman al-Quran rutin tersebut menjadi salah satu kegiatan rutin dari JQH. Apalagi ketika mendengar bacaan al-Quran yang tadwir, tartil, dan mujawwad dari para Ahlullah, sangat istimewa. Mari kita cintai al-Quran.(c)
A’wan MWC NU Buduran | Tukang Sapu Langgar
Mahabbah gak kenal wayah